Juga terdapat satu orang Calon Wako, Maya Suryanti yang adalah perempuan. Sedangkan calon lain, berasal dari suku yang beragam. Apakah ada yang menggunakan Al-Maidah 51 sebagai bahan kampanye? Ada.
Apakah ada yang melarang memilih pemimpin perempuan? Juga ada. Tapi tidak ada yang heboh, sampai berbuntut aksi demonstrasi hingga berujung ke pelaporan. Kalau soal Bhineka Tunggal Ika, warga Tanjungpinang tak pernah mempermasalahkan suku maupun agama. Karena itu milik masing-masing pribadi.
Pelajaran ke-Bhineka Tunggal Ika-an sempat dirasakan warga Tanjungpinang pada 2006. Kala itu sedang heboh berdirinya China Square di sekitaran pasar. Ada pro dan kontra. Sempat membuat suasana tidak kondusif hingga Satpol PP dan polisi turun tangan.
Tapi yang membuat berujung ke meja hijau, adalah perkataan Hendri Frankim yang kala itu menjabat sebagai Anggota DPD RI. Ia menyebut, “walikota itu keturunan cina, tapi bodoh.” Suryatati A Manan yang kala itu menjabat Walikota Tanjungpinang, tak banyak merespon.
Namun karena desakan warga dan sejumlah LSM, untuk membuat situasi tetap kondusif, Suryatati melaporkan Frankim atas pencemaran nama baik. Walikota Tanjungpinang juga pernah mendapat penghargaan dari Vatikan, karena toleransi warganya yang tinggi.
Sesungguhnya Bhineka Tunggal Ika itu tak perlu dirayakan dengan cara-cara lain, kecuali menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hargai keyakinan, budaya dan adat istiadat orang lain.
Komposisi etnis Kota Tanjungpinang pada tahun 2010
Etnis
Jumlah (%)
30,7