Mohon tunggu...
Noperman Subhi
Noperman Subhi Mohon Tunggu... ASN -

Noperman Subhi, S.IP, M.Si, lahir di Pagaralam (Sumsel) 13 november 1969. Lulus S1 Ilmu Pemerintah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan S2 Magister Administrasi Pendidikan di Universitas Sjakhyakirti. Sekarang Sebagai ASN di Dinas Pendidikan Sumsel. Aktif menulis artikel dan cerita Pendek. Karya tulis yang pernah diterbitkan, “Musim Kopi dan Gaya Hidup” (2001), “Jas Biru Dewan” (2002) dan “Memotret Guru Dari Kejauhan” (2016), “20 Kegagalan Menembus Publikasi” (2017) dan “Motor Matik Milik Bapak (2017).

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menatap dan Menata Kembali Sumsel sebagai Lumbung Energi

6 Juni 2017   10:03 Diperbarui: 7 Juni 2017   10:49 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Petrotimes.

Kedua, program ini harus di pahami dan dimengerti oleh masyarakat Sumsel. Dengan demikian, kelak anggota masyarakat  dapat mempelajari segala aspek yang berkaitan dengan aturan atau petunjuk serta sanksi dibalik program sumsel lumbung energi nasional sehingga memunculkan kepuasan.

Ketiga, program ini harus mendapat penghargaan dan pengaruh kuat dari semua pihak, terutama dari masyarakat. Apabila penghargaan dari masyarakat sudah cukup memadai, sedangkan aparat pemerintahnya acuh tak acuh atas program ini, maka hasilnya sama, Sumsel lumbung energi nasional tidak akan berhasil dicapai secara maksimal, bahkan hanya sebatas program diatas kertas kerja yang tidak punya nilai.

Keempat, untuk membuktikan sukses atau tidak program Sumsel lumbung energi nasional dapat dilihat dari penerapan program ini dilapangan, ditaati atau tidak aturan mainnya. Apabila tidak terjadi kendala yang berarti  dapat disimpulan program Sumsel lumbung energi nasional telah memiliki nilai.

Adapun untuk mendekatkan program Sumsel lumbung energi nasional kepada masyarakat dapat menggunakan beberapa cara. Salah satunya mengadakan kerjasama dengan lembaga pendidikan, terutama dengan pengelola SMA dan pengelola perguruan tinggi. Di perguruan tinggi ada mata kuliah KKN (kuliah kerja Nyata). Sebelum peserta KKN diterjunkan untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama ini, mereka terlebih dahulu dibekali pelatihan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan program Sumsel lumbung energi nasional yang memadai dan menyakinkan. 

Saat peserta KKN ada ditengah-tengah masyarakat, mereka diharapkan dapat mensosialisasikan semua hal yang berkaitan dengan Sumsel lumbung energi nasional seperti keberadaan, tujuan dan manfaat dari program Sumsel lumbung energi nasional bagi kepentingan masyarakat. Yang sudah disampai nantinya diharapkan punya nilai lebih dimasyarakat sehingga muncul dukungan, baik bersifat pasif maupun aktif. Di samping itu alangkah eloknya apabila perguruan tinggi yang bersentuhan  dengan pertambangan memasukkan Sumsel lumbung energi sebagai bagian dari materi mata kuliah tertentu atau menjadi salah mata kuliah tersendiri.

Begitu juga di SMA, ada mata pelajaran muatan lokal (Mulok). Selama ini guru-guru mulok di Palembang khususnya dan Sumsel umumnya agak kesulitan membuat materi pelajaran mulok yang benar-benar memiliki kekhasan local. Tidak ada ruginya apabila pemprov memantapkan dan menetapkan pelajaran mulok dengan materi Sumsel lumbung energi nasional. 

Lewat mata pelajaran mulok ini semua pelajar SMA  diajarkan mengenai Sumsel sebagau lumbung energi nasional dengan segala manfaat, problematika dan alternatif penyelesaian. Hasil dari mereka memahami materi Sumsel sebagai lumbung energi nasional dapat di implementasikan kepada masyarakat disekelilingnya dan tidak menutup kemungkinan setelah tamat sekolah mereka menjadi pelaku dibalik program Sumsel lumbung energi nasional.

Sebelum melibatkan pengelola SMA dan perguruan tinggi agar berperan mensukseskan program Sumsel sebagai lumbung energi nasional, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemprov Sumsel agar dikemudian hari tidak menimbulkan masalah yang mengecewakan masyarakat Sumsel. Pertama, program Sumsel sebagai lumbung energi nasional harus menyakinkan, misalnya harus ramah lingkungan, baik ketika beroperasi atau pasca operasi. Jangan sampai akibat dari program ini  memporakporandakan siklus kelangsungan hidup disekitarnya. Contoh : amdal yang amburadul, adanya kasus seperti lumpur panas Lapindo atau bekas galian yang masih  beracun dan sebagainya.

Kedua, program Sumsel sebagai lumbung energi nasional harus memberikan manfaat bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lahan eksplorasi dan eksploitasi. Jangan sampai lahan masyarakat diserobot tanpa ganti rugi. Pemerintahan mesti mengakomodasi kepentingan masyarakat yang tergusur dengan baik dan bijak. Pemerintah hendaknya tidak menggunakan prinsip “dengan alasan kepentingan hajat orang banyak, lahan masyarakat diambil tanpa ganti rugi karena sudah menjadi milik atau hak Negara.”

Ketiga, karena bahan tambang merupakan kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui, pemerintah harus mendisain batasan pelaksanaan program Sumsel sebagai lumbung energi nasional, misalnya berlaku sampai 20 atau 40 tahun. Harus dipikirkan apa yang akan dilakukan apabila program tersebut berakhir sebelum atau pada saatnya. Bagaimana memanfaatkan bekas program Sumsel lumbung energi nasional. Misalnya bekas galian dijadikan danau untuk budidaya perikanan (udang dan ikan), setelah dibentuk difungsikan sebagai obyek wisata dan penelitian, apabila memungkinkan dijadikan lahan  pertanian.

Harapan kita, semoga program Sumsel sebagai lumbung energi nasional berhasil guna dan  berdaya guna. Kita tidak ingin mensaksikan warga masyarakat di Sumsel menjerit kelaparan, sakit-sakitan dan berteduh dirumah yang tidak layak huni. Kita tentu tidak berharap masyarakat Sumsel bagaikan cerita tikus mati di lumbung padi. Bersatu kita sukseskan program Sumsel lumbung energi nasional, teguh kita ikrarkan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun