Mohon tunggu...
Noorhani Laksmi
Noorhani Laksmi Mohon Tunggu... Administrasi - writer, shadow teacher, Team Azkiya Publishing dan Sanggar Rumah Hijau, Admin Komunitas Easy Writing

http://noorhanilaksmi.wordpress.com FB : Nenny Makmun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | A l o n e

28 Maret 2020   12:59 Diperbarui: 28 Maret 2020   13:18 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lut, kamu itu anak siji-siji-ne. Kamu itu penerus usaha kami dan kamu itu Sarjana Teknik yang menjadi kebanggaan Ibu. Ibu berharap kamu memikirkan Kartika yang calon dokter. Wis jelas bobot, bibit dan bebetnya."

Lutfi pernah mencoba mengenalkan aku dengan ibunya yang berprofesi sebagai dokter sekaligus pengusaha sukses. Selama ini aku merasa sudah menjadi pacar terbaik untuk Lutfi. Menguatkan saat dia terpuruk karena putus dengan Frizka dan aku hadir baginya tidak lagi sekadar sahabat.

Aku membiarkan bibit cinta ini semakin tumbuh subur. Apa yang baru aku dengar merasa menohok hingga ulu hati. Aku tidak tahu persis bobot, bibit, dan bebet yang bunda Lutfi harapkan.

Setahun terlewati ...

            Aku duduk masih di warung cendol yang sama saat jelang senja bersama Lufti, hmmm setahun lalu saat aku resah dengan hubungan aku dan Lutfi.

Malioboro begitu ramai. Tapi, aku merasa  begitu sepi di tengah ramainya kota yang selalu penuh kesan. Setahun lalu ... Aku belum bisa bercerita keputusan final akan kedua orang tuaku yang bercerai. Karena aku tahu ini akan menambah beban pikiran Lutfi yang sebentar lagi akan menghadapi sidang skripsinya.

Sampai akhirnya aku putuskan menjauh darimu karena kedua orang tuaku benar-benar berpisah dan ibu kamu terang-terang menegur aku tanpa kamu tahu teguran yang menyakitkan! Aku bukan calon mantu yang beliau harapkan! Maaf aku harus tinggalkan kamu tanpa kata-kata. Aku terlalu sakit dengan semua yang tiba-tiba terjadi.

Malioboro masih saja ramai sama dengan setahun lalu aku bersama kamu. Keramain yang selalu bisa menutupi perasaanku yang gundah dan resah.

Ramai Malioboro ekuivalen dengan rasa sepi hati yang tiba-tiba mendera. Lara sekali mengenang seseorang yang pernah singgah di hati ini. Lutfi kalau kamu tahu aku tak bisa melupakan kamu setahun ini, mungkin aku pecundang yang hanya bisa merindukan kamu dalam hati dan kenangan ... I miss you ....

Di sudut Malioboro_Yogyakarta 1999

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun