Suara burung dan orang yang mengaji terdengar sayup-sayup dari kejauhan. Udin dan Amat pun terbangun sekitar jam 4 pagi. Dari ruang bilik tempat tidurnya, kedua anak kandang itu menilik ke dalam kandang. Anak-anak ayam yang baru masuk minggu lalu, tampak masih tidur pulas. Rupanya jatah pakan malam yang diberikan full, membuat mereka kekenyangan.
Adzan shubuh belum berkumandang. Udin dan Amat pun turun ke dalam gudang yang ada di samping kandang. Stok pakan masih ada 7 karung yang tersisa. Salah satunya yang sudah dibuka sore kemarin. Udin mengambil pakan dengan ember.
Amat mengambil beberapa piring tempat pakan untuk mengganti yang sudah kotor. Dia juga mengambil dan mengisi tempat air minum ayam. Air tanah ditarik menggunakan pompa listrik. Relatif bersih karena lokasi kandang ini berada di tengah-tengah kebun buah.
Saat kembali ke kandang, terdengar adzan. Amat menengok kembali ke dalam kandang,"Mereka masih tampaknya guringan Mat, kita sambahyang dulu lah ...."
"Siap Ka ....,"jawab Amat yang memang lebih muda dua tahun dari Udin.
Setelah mengambil wudhu, mereka shalat di bilik jaga. Berbeda dengan kandang pada umumnya yang rumah atau pondokan untuk tidur anak kandang dibangun terpisah. Di sini, bilik jaganya menyatu dengan kandang. Berdinding dan beralaskan bamboo juga.
Ruang bilik itu berukuran sekitar 2 X 2 meter persegi. Cukup untuk mereka berdua, tidur maupun selonjoran. Penerangan dengan lampu listrik yang juga digunakan untuk menerangi kandang.
Selesai shalat, pelan-pelan mereka masuk kandang. Beberapa ekor ayam tampak sudah bangun dan mengerumuni piring makan di dekatnya. Udin dan Amat berbagi tugas. Udin membawa ember pakan dan mengisi pireing yang kosong. Sedangkan Amat lebih dahulu mengisi dan mengganti tempat minum.
"Yang di ujung belakang sana dua-duanya perlu diganti juga,"kata Udin.
"Siap Ka ....,"kata Amat dengan sigap membawa tempat makan dan tempat minum ke lokasi yang ditunjuk Udin.
Beberapa yang kotor, langsung diganti dengan yang bersih. Pakan dan air minum pun diisi ke sana. Usai memberi pakan dan air minum, mereka mencuci yang sudah kotor. Proses ini berlangsung sekitar 2 jam. Selesai sekitar jam 7. Bertepatan dengan datangnya Rima membawa nasi kuning buatan ibunya.
Putri semata wayang Bang Utuh dan Acil Galuh ini tinggi semampai. Wajahnya oval seperti telur ayam. Hidungnya mancung. Bibirnya sensual. Sorot matanya, sering membuat para lelaki salah tingkah. Sangat mempesona bagi anak-anak kampung, termasuk kedua anak kandang yang bekerja di kandang ayahnya.
******
Kandang milik Bang Utuh itu berukuran 150 X 7 m2 itu dibangun di tengah-tengah kebun. Sekelilingnya penuh dengan sawit dan aneka jenis tanaman buah. Ada pisang, rambutan, jambu dan durian. Dari depan jalan, tampaknya posturnya tegap memanjang ke belakang.
Udin dan Amat duduk di bangku-bangku dari batang kayu di depan gudang. Sambil menyantap nasi bungkus dan singkong rebus yang dibawakan Rima, keduanya ngobrol tentang mimpi masa depan."Kalau kaina baisi duit banyak, aku handak maulah kandang yang megah kaya ini,"kata Udin sambil menunjukkan photo bangunan yang dilihat pada sebuah artikel. "Rima bakal betah lama nongkrong di kandang."
"Itu apartemen Ka, gasan bubuhan urang sugih guringan, kada gasan ayam pang,"balas Amat.
"Kalau manusia aja nyaman guring di sana, apalagi ayam, cagar lakas ganal."
"Mun kandang itu, walaupun ber-AC, tetap aja bau kalau tahinya sudah banyak."kata Amat. "Kalau sudah sugih, aku langsung lamar Rima. Cantik dan bisa masak. Imbah itu, kami membuka restoran ayam goreng, ayam bakar dan nasi kuning masak habang ayam. Boleh lah nukar ayamnya di wadah pian?"
"Kada boleh!"kata Udin sambil berjalan kembali ke kandang.
Keterangan bahasa Banjar : guring = tidur, sambahyang = shalat, baisi = mempunyai, duit = uang, maulah = membuat/membangun, bubuhan = kelompok orang, sugih = kaya, kaya = seperti, kada = tidak, gasan = untuk, cagar = bakal, lakas = cepat, ganal = besar, nyaman = enak, imbah = setelah, nukar = membeli, wadah = tempat, pian = kamu, habang = merah, masak habang = makanan khas Banjar, sejenis balado dengan sambal cabai merah kering.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H