Mohon tunggu...
Noor IzZumara
Noor IzZumara Mohon Tunggu... Guru - Guru Anak Usia Dini

Saya adalah seorang pendidik anak usia dini sejak tahun 2001. Dunia anak usia dini menarik bagi saya karena tidak hanya berfokus pada pembelajaran untuk anak namun juga memberikan pendampingan pengasuhan untuk para orang tua

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Seribu Bahasa Anak dalam Bermain

27 Desember 2024   14:00 Diperbarui: 27 Desember 2024   14:05 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan AUD di Indonesia juga memperhatikan nilai-nilai budaya lokal. Melalui permainan tradisional seperti congklak, lompat tali, dan petak umpet, anak-anak belajar tentang kerja sama, aturan, dan nilai-nilai sosial yang relevan dengan konteks budaya mereka. Permainan ini menjadi salah satu bentuk konkret dari "seribu bahasa anak" yang tidak hanya mendukung ekspresi diri tetapi juga memperkuat identitas budaya.

Peran orang dewasa, baik guru maupun orang tua, sangat penting dalam mendukung anak-anak menggunakan "seribu bahasa" mereka. Orang dewasa harus menciptakan lingkungan yang aman, menghormati otonomi anak, dan memberikan dukungan emosional yang diperlukan. Berikut adalah beberapa cara orang dewasa dapat mendukung anak:

  1. Menciptakan lingkungan yang kaya stimulasi. Guru dan orang tua dapat menyediakan bahan permainan yang beragam, seperti balok, boneka, tanah liat, atau alat musik. Lingkungan yang kaya ini memungkinkan anak untuk bereksplorasi dan mengekspresikan ide mereka dengan berbagai cara.
  2. Menjadi pendengar yang aktif. Orang dewasa perlu memberikan ruang bagi anak untuk bercerita, mendengarkan dengan perhatian penuh ketika anak berbicara atau menunjukkan karya mereka. Dengan memberikan perhatian penuh, orang dewasa membantu anak merasa dihargai dan lebih percaya diri dalam mengungkapkan diri.
  3. Mengamati tanpa mengontrol observasi adalah kunci untuk memahami kebutuhan anak. Orang dewasa harus menghindari campur tangan yang berlebihan dalam permainan anak, tetapi tetap hadir untuk memberikan dukungan jika diperlukan. Pendekatan ini memungkinkan anak mengembangkan kemandirian.
  4. Menggunakan bahasa yang positif saat berbicara dengan anak.  Guru dan orang tua dapat menggunakan bahasa yang mendukung untuk mendorong anak mengeksplorasi lebih jauh. Misalnya, "Apa yang kamu buat sangat menarik! Ceritakan lebih banyak tentang itu."
  5. Memberikan ruang kepada anak untuk berimajinasi Orang dewasa harus memberikan waktu dan ruang bagi anak untuk bermain tanpa tekanan atau batasan waktu. Bermain bebas memungkinkan anak menggunakan imajinasi mereka secara maksimal.

Pemikiran Pikler dan teori psikoanalisa saling melengkapi dalam memahami pentingnya bermain bagi anak. Pikler menyoroti pentingnya kebebasan dan eksplorasi, sedangkan psikoanalisa menekankan bagaimana bermain membantu anak memahami dan mengatur dunia batinnya. Kedua pendekatan ini sepakat bahwa peran orang dewasa adalah memberikan dukungan yang posistif tanpa mengontrol proses bermain anak.

Ketika anak-anak bermain bebas di lingkungan yang aman dan suportif, mereka dapat menggunakan "seribu bahasa" untuk mengeksplorasi ide, memproses emosi, dan mengembangkan keterampilan sosial. Proses ini memperkuat kapasitas anak untuk belajar, beradaptasi, dan berkomunikasi.

Untuk mengintegrasikan konsep seribu bahasa anak ke dalam pembelajaran AUD di Indonesia, berikut beberapa rekomendasi praktis:

1. Lingkungan pembelajaran dirancang menjadi ruang kelas yang fleksibel dan kaya stimulasi, dengan area khusus untuk berbagai jenis permainan seperti seni, musik, gerak, dan bermain peran. Menyediakan bahan-bahan daur ulang untuk mendorong kreativitas dalam permainan simbolik.

2. Metode pembelajaran dengan merapkan metode pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) yang melibatkan anak dalam eksplorasi mendalam terhadap suatu tema. menggunakan permainan tradisional dan modern secara bergantian untuk mendukung pengembangan keterampilan sosial dan teknologi.

3. memaksialkan peran guru dengan memberikan pelatihan untuk mengadopsi pendekatan pengamatan tanpa kontrol berlebihan, sehingga anak dapat mengembangkan otonomi dan rasa percaya diri. Memberikan pelatihan berkala kepada guru tentang cara memahami berbagai "bahasa" anak, termasuk ekspresi non-verbal dan simbolik

4. Kolaborasi dengan Orang Tua degan melibatkan orang tua dalam kegiatan bermain bersama di rumah dan sekolah. Sekolah menyediakan panduan sederhana untuk orang tua dalam mendukung anak bereksplorasi menggunakan seribu bahasa mereka.

5. Memanfaatkan teknologi dengan menggunakan aplikasi edukasi yang mendukung kreativitas, seperti aplikasi menggambar atau membuat cerita digital. Memastikan penggunaan waktu layar (screen time) anak tetap seimbang dengan waktu bermain fisik.

Bermain bukan sekadar aktivitas rekreasional, melainkan kebutuhan dasar yang mendukung perkembangan anak secara menyeluruh. Dengan mengintegrasikan pemikiran Emmi Pikler dan teori psikoanalisa, serta memahami peran orang dewasa dan cara anak mengungkapkan bahasa, kita dapat lebih memahami bagaimana bermain memungkinkan anak-anak mengekspresikan diri, belajar dari pengalaman, dan menghadapi tantangan emosional mereka. Konsep "seribu bahasa anak" menjadi nyata dalam bermain, di mana setiap langkah, kata, atau gerakan mereka adalah cerminan dari dunia batin yang kaya dan penuh potensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun