Mohon tunggu...
Amel_
Amel_ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fitri amelia

Female

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Review Novel Hujan by Tere Liye

20 Juni 2021   10:16 Diperbarui: 20 Juni 2021   10:32 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Judul : Hujan

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit : Januari 2016

Desain : CoverOrkha Creative

Tebal halaman : 320 halaman (20 cm)

Ukuran : 13,5 x 20 cm

ISBN : 978-602-03-2478-4

Berat buku : 500 gram

Resensi Novel Hujan

 Novel ini menceritakan tentang kisah hidup di era teknologi yang semakin canggih. Mengambil latar waktu 2050-an. Tokoh utamanya ialah seorang gadis cantik yatim bernama Lail dengan teman setianya yang kerap disapa Esok. Sedangkan, tokoh pendampingnya ada Maryam yang menjadi sahabat Lail, wali kota beserta istrinya, Claudia, Elijah, ibunya Lail, ibu penjaga asrama dan ibunya Esok.

Esok dan Lail dipertemukan pasca gunung meletus di tahun 2042.Efek letusan gunung sangat dahsyat karena memporak-porandakan hampir seluruh isi bumi dan hanya menyisihkan 10% manusia. Awal kisah bermula ketika Lail dan ibunya naik kereta cepat bawah tanah. Hari itu merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang. Suasana kereta cepat bawah tanah yang mulanya tenang berubah drastis tak kala terdengar suara gemuruh. Berasal dari gunung api purba yang meletus. Dari peristiwa tersebut Lail harus kehilangan orang-orang yang ia cintai, termasuk ibunya sendiri. Beruntung saat kejadian itu, ia bertemu dengan Esok yang menyelamatkan nyawanya. Hingga mereka harus tinggal di tenda pengungsian bersama para korban yang lainnya.

Esok kembali menyelamatkan nyawa Lail untuk yang kedua kalinya saat menjemputnya di lorong bawah tanah yang saat itu sedang hujan. Tempat ibunya Lail beserta para korban tertimbun tanah. Untuk yang pertama kalinya Lail tidak suka hujan. Karena hujan telah membawa kesedihan.

Ketika suasana kota mulai membaik, tenda pengungsian resmi ditutup. Lail beserta kawan-kawannya akan dipindahkan ke panti. Berbeda dengan Esok. Esok yang memiliki nama lengkap Soke Bahtera ini merupakan anak muda yang pintar dan jenius. Ketika berumur 16 tahun, ia berpindah ke ibukota untuk meneruskan sekolah. Ia dan dan ibunya hidup bersama orang kaya.

Lail semakin rindu kepada Esok yang tak kunjung ada kabar. Ia menyimpan perasaan cinta yang mendalam selama bertahun-tahun kepada Esok, namun tidak bisa diungkapkan.

Esok sesekali mengunjungi Lail, dan setiap kali berkunjung Esok selalu mengenakan topi pemberian Lail dan sepeda merah miliknya. Namun intensitas pertemuannya berubah sejak Esok semakin sibuk dalam proyek yang ia sedang kerjakan Untuk mengatasi kerinduannya itu, Maryam, teman sekamar Lail mengajaknya untuk mendaftarkan diri sebagai anggota relawan. Padahal usianya baru 16 tahun, tapi berkat kehebatan mereka diterima. Bahkan pernah mendapatkan penghargaan sebagai relawan muda yang berjasa besar.

Singkat cerita, cuaca dan iklim di bumi semakin buruk. Hujan terus membasahi bumi, hingga diluncurkan sebuah teknologi yang dapat menghentikan pembentukan awan sehingga tidak dapat hujan. Namun dengan tidak adanya awan, bumi semakin panas karena tidak ada awan yang melindungi. Oleh karena itulah diputuskan untuk membuat kapal luar angkasa raksasa yang dapat mengangkut manusia untuk mencegah kepunahannya. Ternyata inilah proyek yang dikerjakan oleh Esok.

Sayangnya, kapal tersebut tidak bisa memuat semua penduduk, maka tiket untuk masuk ke kapal tersebut diberikan secara acak. Esok mendapatkan dua tiket, dari jatah sebagai salah satu pembuat kapal tersebut dan dari sistem acak. Pada awalnya Esok memberikannya pada Lail, namun walikota mendatangi Lail dan berterima kasih padanya karena sudah memberikan tiket tersebut untuk putrinya Claudia. Hal ini menimbulkan kesalahpahaman pada Lail bahwa Esok lebih memilih Claudia-anak walikota- daripada Lail. Oleh karena itu, Lail memutuskan untuk masuk ke ruang modifikasi ingatan dan menghapus semua kenangannya terhadap Esok. Lail juga ingin menghapus ingatannya tentang hujan. Ia dibantu oleh Elijah untuk meletakkan sebuah bando di kepalanya. Sebelum itu, Elijah bertanya tentang kenangan apa yang akan di hapus dari memori ingatannya. Lail pun menceritakan secara gamblang. Detik-detik penghapusan memori ingatan Lail adalah saat yang menegangkan bagi Esok. Ia berusaha menerobos agar bisa masuk ke dalam ruangan tempat Lail menghapus ingatannya.

Kelebihan

Novel ini sangat menarik dan memiliki gaya Bahasa yang mudah dipahami. Meskipun buku ini termasuk buku yang tebal, namun pengemasan ceritanya memiliki alur yang tetap bagus dan tidak terasa dipanjang-panjangkan atau diperlambatkan.

Pembaca akan menemukan kejutan-kejutan sehingga jalan ceritanya sendiri tidak dapat ditebak.

pesan yang disampaikan relate banget dengan kehidupan.

Tulisanya membuat saya terlarut ke dalam cerita dan diajak untuk berimajinasi membayangkan tentang masa depan, kecanggihan teknologi dan permasalahan pada planet bumi.

Topik yang diangkat dalam cerita dikemas dengan bahasa yang ringan dan gampang dipahami. Meskipun cukup tebal halamannya namun alurnya tetap bagus, sesuai jalan cerita, tidak dipanjang-panjangkan ataupun diperlambat sehingga tidak membosankan.

Ada beberapa bagian yang ceritanya dipercepat. Jalan ceritanya sulit untuk ditebak sehingga membuat pembaca penasaran.

Banyak kejutan-kejutan menarik yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Contohnya saat, terjadinya gunung meletus menyebabkan musim dingin berlangsung panjang. Akibat campur tangan manusia, kini cuaca berubah menjadi musim panas dan menimbulkan malapetaka. Tidak ada orang yang tahu kapan musim panas akan berakhir. Hujan pun tidak kunjung turun membasahi bumi. Hal-hal tersebut mampu melambungkan imajinasi dari pembaca. Ditambah lagi kehadiran berbagai teknologi canggih seperti anting-anting yang berfungsi untuk pemandu online, kendaraan tanpa sopir, alat komunikasi yang ditanam di tangan dan masih banyak lagi lainnya. Semua benda-benda tersebut tampak nyata dan seolah benar-benar ada di masa depan.

Ketiadaan sinopsis pada sampul belakang dan daftar isi mengundang daya tarik pada novel karena sukses membuat semua orang penasaran untuk mengikuti sampai akhir.

Dalam buku tersebut juga banyak sekali pesan yang bisa diambil, salah satunya adalah kita harus menjaga alam sebaik mungkin, agar alam dapat selalu bersahabat dengan kita, agar alam tetap lestari sampai ke keturunan selanjutnya.

Untuk novel science fiction bahasa yang digunakan cukup sederhana dan mudah dipahami . Tulisan dari Tere Liye ini sangat membentuk imajinasi bagi para pembacanya, saya pun terhanyut sampai menitikkan air mata saat Esok dan Lail berpisah (walaupun tidak jadi) pokoknya not bad kok buat dibaca, apalagi bagi kalian yang menyukai genre romance.

Kekurangan

Penulis menyatakan dalam novelnya "secanggih-canggihnya teknologi, tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan Tuhan". Namun penulis tidak menyisipkan hal-hal yang menerangkan agama ataupun kegiatan berdoa pada tokoh-tokoh dalam novel. Hal tersebut menjadi terasa janggal.

Ya pribadi, sekali pun realistis dan menyukai cerita kehidupan, mungkin karena sudah mengikuti banyak novel penulis satu ini, rasanya pesan yang disampaikan begitu-begitu saja... Tentang penerimaan dalam hidup ini, tentang sabar yang pasti mendapat ganjaran besar di akhir, seputar itu.

Ada beberapa bagian yang menurut saya terlalu muskil untuk sebuah kehidupan, yakni ketika Lail dan sahabatnya menerobos hujan badai, melewati hutan dan menyelamatkan warga dari bencana alam. Apakah waktu yang ditempuh dengan berlari cukup untuk menjangkau peristiwa alam? Kembali lagi, ini novel fiksi.

Karakter Lail dalam cerita kurang kuat karena hanyalah gadis cengeng yang lemah dan tidak memiliki inisiatif. Tanpa adanya Maryam, Lail tidak mungkin mencapai keberhasilan. Alangkah baiknya, sebagai tokoh utama, Lail digambarkan sebagai seorang inisiator bukan pengikut. Meskipun dalam cerita ini hasilnya bagus.

Semua aspek yang terkandung pada cerita hanya seputar ilmu pengetahuan dan teknologi saja tanpa menyinggung agama. Meskipun penulis telah menyebutkan bahwa secanggih apa pun teknologi itu tidak bisa menandingi kekuasaan dari Tuhan. Namun, sangat disayangkan tidak dijumpai aktivitas keagamaan seperti berdoa maupun beribadah. Allhasil, pembaca tidak mampu menebak agama dari masing-masing tokoh sehingga terasa ada yang janggal.

 Selain itu, masih ditemukan adanya typo. Ada juga kalimat yang menjadikan pembaca bingung. Contohnya pada halaman 120 ditulis bahwa Lail dan Maryam akan ditugaskan pada Sektor 3. Sedangkan, di halaman 135 tertulis Lail dan Maryam akan berangkat ke Sektor 4 untuk penugasan pertama. Semoga untuk kedepannya bisa diperbaiki kembali sebelum dicetak.

Saya akui tere liye pintar dalam ide dan membangun kerangka cerita yang menarik, salah satunya novel Hujan ini. Tapi lagi-lagi cerita tere liye berkutat pada masalah moralitas yang sama, kayaknya kepenulisan2 Indonesia yang lain, masih kurang berkembang masalah yang dibawa, pesannya juga itu-itu saja. Kurang dalam, apalagi yg udah biasa baca novel2 jepang atau barat, tere liye tidak ada apa-apa dalam urusan moralitas dalam novel. Well, menurut saja, novel Hujan untuk dinikmati saja bolehlah, untuk selera baca yg ringan novel ini cukup oke dan sweet, rekomendasi untuk pembaca novel yang memang mencari hiburan, tapi untuk yang mencari bacaan yang memiliki seni, kurang pas.

Tapi, kalau ditanya, sekali pun sadar sudah bosan dengan pesan yang disampaikan, tetap tidak menyurutkan niat saya untuk berhenti membaca karya penulis satu ini, karena, itung-itung pengingat untuk diri sendiri lah,

Buku Hujan karya Tere Liye menurut saya merupakan salah satu karya terbaik yang pernah Tere Liye tuliskan. Alur ceritanya termasuk ringan dan ketika dibaca mengalir begitu saja, meskipun ada beberapa plot hole yang seharusnya masih bisa di gali sih.

Ini ada hubungannya dengan judul sih tentang "hujan".

Masih dengan ciri khas Tere yang menggunakan alur maju mundur, novel ini juga demikian. Di awali dengan perempuan bernama Lail, yang berkeinginan melupakan beberapa peristiwa yang dianggapnya lebih pantas untuk dilenyapkan dari ingatan. Cerita kemudian mundur ke belakang, ketika Lail masih berusia 13 tahun, dimana suatu peristiwa terjadi dan menjadi awal kehidupannya yang baru. Termasuk pertemuannya dengan Soke Bahtera, atau nanti akrab disapa Lail dengan Esok.

Kisah hidup Lail boleh jadi memotivasi beberapa remaja di luar sana. Namun

Kronik cinta juga belum jauh-jauh dari novel Tere yang berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Kala itu novel tersebut mampu membuat saya gemas sekaligus tidak puas. Kenyataan bahwa kedua orang saling mencintai namun tidak lekas mengakui. Hal itu mendorong salah satu pihak untuk berbuat sesuatu di luar kendali, termasuk dalam novel Hujan yang akan dilakukan Lail tentunya.

Salah satu faktor pendukung Lail untuk menghapus ingatan karena Esok yang tak kunjung memberi kepastian. Padahal kala itu kondisi bumi yang diceritakan dalam novel Hujan sudah diujung kerusakan, sedangkan kisah cinta mereka masih saja tak ada kemajuan, fiuh!

Namun, yang menjadi pembeda dari novel Daun YJTPMA pada novel Hujan adalah bagian akhir. Well, kita disuguhkan akhir cerita yang bagi saya monoton namun, tetap jadi idaman mayoritas orang; akhir bahagia.

Yup, bagaimana jika di biarkan saja Lail telanjur menghapus ingatannya dan Esok tiba dengan terlambat? Tidak menutup kemungkinan disana yang merasa sesak tidak Cuma Lail, bahwa Esok juga mesti menyesal kenapa tidak berterus terang bicara tentang masalah apa saja yang dihadapi. Kemudian Esok mesti berusaha mengembalikan atau menciptakan peristiwa baru yang menyenangkan untuk Lail? Tapi begitulah, terkadang meskipun peristiwa itu terjadi demikian pahit kita sendiri yang memutuskan untuk memeluk kejadian itu sebagai bagian dari masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun