5 Oktober Tentara Ulang Tahun

Pada 23 Agustus 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), dan baru  pada 2 September 1945, mengumumkan susunan kabinet yang terdiri dari 10 orang menteri dan 2 orang wakil menteri.  Dalam kabinet itu tidak ada Menteri Pertahanan dan tidak ada Panglima Tentara.

Belum genap umur Indonesia dua bulan, Wakil Presiden Mohammad Hatta  mengatakan bahwa negara tanpa tentara adalah satu kenisbian. Tanpa tentara bagaimana Indonesia akan mempertahankan kemerdekaan terhadap agresi militer Belanda yang masih ingin menguasai kembali koloninya ini.

Pembentukan Tentara                                                                                                                                                                                                                                Akhirnya pada 5 Oktober 1945 Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat pembentukan  Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Keesokan harinya  ditetapkan Supriadi, Shodanco  PETA (Pembela Tanah Air) yang pada Februari 1945 melakukan pemberontakan di Blitar,  sebagai Menteri Keamanan Rakyat sekaligus Pimpinan TKR.

Maklumat pemerintah  direspon oleh mantan Opsir PETA dan mantan Perwira KNIL (Koninklijke Nederlands Indesche Leger)---mereka  secara swadaya  membentuk organisasi tentara di daerahnya masing-masing.  Dibentuk Komandemen Sumatra dengan Panglima Jenderal Mayor Soehardjo Hardjowardojo dan Kepala Staf Kolonel Muhammad Nuh, membawahi 6 divisi tersebar di seluruh Sumatra.           

Sedangkan di pulau Jawa dibentuk tiga komandemen.   Komandemen Jawa Barat sebagai Panglima adalah Jenderal Mayor Didi Kartasasmita. Komandemen Jawa Tengah yang menjadi Panglima  adalah Jenderal Mayor Soeratman. Sedangkan Koamndemen Jawa Timur yang menjadi Panglima adalah  Jenderal Mayor Muhammad.  Tiga komandemen di pulau Jawa ini membawahi 10 divisi.                                                                                                            

Lebih dari satu minggu setelah ditetapkan sebagai Menteri Pertahanan, Supriadi tidak juga muncul.  Maka diputuskan mencari  perwira KNIL yang paling senior pengganti Supriadi sebagai Kepala Staf Umum  (KSU) TKR.

Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Didi Kartasasmita, dalam biografinya yang ditulis Tatang Sumarsono berjudul "Pengabdian Bagi Kemerdekaan",  menceritakan keterlibatannya hingga Urip Soemohardjo ditetapkan sebagai  KSU---TKR. Didi Kartasasmita adalah alumni  Koninklike Militaire Academie  (KMA) Breda di Belanda dan  menjadi Letnan Satu pada kesatuan KNIL.

Didi Kartasasmita menemui Menteri Penerangan  Mr. Amir Sjarifuddin,  membicarakan  tentang   mantan Perwira KNIL yang akan  diikutkan  dalam tentara Indonesia  yang akan dibentuk.  Karena anggota KNIL pernah  bersumpah  setia kepada Ratu Belanda, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah membuat maklumat yang ditandatangani oleh para mantan Perwira KNIL, yang isinya menyatakan berdiri dibelakang Republik Indonesia.

Oleh Mr. Amir Sjarifuddin pembicaraan itu dilaporkan kepada Presiden dan disetujui. Maka mulai  lah Didi Kartasasmita mendatangi matan Opsir KNIL diberbagai kota  termasuk menemui Urip Soemohardjo di Yogyakarta.

Urip Soemohardjo adalah lulusan  Sekolah Militer Belanda di Meester Cornelis (Jatinegara) tahun 1926. Ia menjadi  Perwira KNIL sampai pangkat Mayor, pangkat tertinggi yang dicapai oleh orang pribumi.  Karena itu,  para mantan  Perwira  KNIL bersepakat mendukung Pak Urip sebagai pimpinan tentara sekaligus  menjadi formatur organisasi tentara yang akan dibentuk.

Pada 15 Oktober 1945, Urip Soemohardjo diundang ke Jakarta dan ikut dalam rapat kabinet yang berlangsung di kediaman Bung Karno, Jalan Pegangsaan Timur no 56.  Dalam rapat itu Urip Soemohardjo ditetapkan  sebagai Kapala Staf Umum TKR dan  diberi tugas menjadi formatur pembentukan tentara.