Mohon tunggu...
noor johan
noor johan Mohon Tunggu... Jurnalis - Foto Pak Harto

pemerhati sejarah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia, Republik Salah Nama?!

6 Mei 2016   20:47 Diperbarui: 6 Mei 2016   21:05 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah berhasil meredam inflasi, membenahi sektor fiskal dan moneter yang rusak parah, Presiden Suharto mulai pembangunan dalam koridor trilogi yaitu stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan. Selama 30 tahun tingkat pertumbuhan pada kisaran 7 sampai 9 persen hingga Indonesia dijuluki Macan Asia bersama Korea Selatan dan India. Hingga terjadi krisis moneter di Thayland pada Juli 1997, berimbas paling parah ke Indonesia. Pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Suharto berhenti digantikan oleh BJ Habibie.

Era Kembali ke Demokrasi Liberal--Reformasi

BJ Habibie menjadi presiden dalam kondisi krisis moneter---inflasi 60%. Untuk mengatasi, Presiden BJ Habibie mengundang Gubernur Bank Sentral Jerman---memprogram pembenahan ekonomi. Dalam alam yang disebut era reformasi, Presiden BJ Habibie mengadaptasi sistem demokrasi yang malah kembali pada tahun limapuluhan---demokrasi liberal. Kemudian ia digantikan oleh Abdurraman Wahid. Lanjut ke Megawati, SBY, dan kini Presiden Joko Widodo.                                   

Apa yang terjadi selama 16 tahun era reformasi? Terlalu nyelimet untuk memaparkan dan  membandingkan dengan era sebelumnya. Yang mudah dicerna secara sederhana adalah; Pada waktu Presiden Suharto  mengantikan Presiden Sukarno utang Indonesia 3 ½ miliar dolar. Peralihan dari Presiden Suharto ke Presiden BJ Habibie utang Indonesia 58 miliar dolar---16 tahun era reformasi, utang Indonesia kini 4.234 triliun rupiah atau  setara dengan 372 miliar dolar. Dengan nilai aset seluruh BUMN pada 2016 sebesar 5.395 triliun rupiah, artinya, utang Indonesia sekarang sebesar  78,5% dari seluruh aset BUMN yang kita miliki. Tidak perlu teknokrat ekonom  yang brilian untuk mewaspadai   bahwa utang Indonesia sudah di ambang batas yang sangat-sangat mengkhawatirkan. Jika laju pertumbuhan utang sebesar 20%---3 tahun ke depan utang Indonesia sudah melampoi seluruh nilai aset BUMN. Apa maknanya? Jangan samapai Indonesia bangkrut seperti dialami Yunani.

70 Tahun Merdeka

Secara singkat dipaparkan di atas  apa yang terjadi  selama 70 tahun Indonesia merdeka. Pada kenyataannya, Indonesia kini jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara yang merdeka jauh kemudian setelah Indonesia merdeka  seperti Malaysia, Singapura, India, bahkan hanya setara dengan Vietnam yang selama lebih dari 20 tahun menjadi medan pertempuran---negerinya hancur porak-poranda akibat  bom yang dijatuhkan di Vietnam lebih banyak dari bom yang dijatuhkan selama perang dunia kedua.

Apa yang salah dengan republik ini? Negeri yang berlimpah sumber daya alam tapi tetap sebagai negara miskin---pengekspor babu terbesar di dunia. Apakah sistem politik yang salah? Apakah sistem budaya yang salah implementasi? Apakah sumber daya manusia yang tidak mumpuni? Berbagai analisa telah dibahas dan ditulis oleh berbagai pakar namun nasib republik ini  bergeming. Shakespeare mengatakan, apalah arti sebuah nama---dapat dimaknai bahwa nama bukanlah paten suci tak terganti. Andai Sukemi tetap menamakan anaknya Kusno---apakah Kusno akan sedahsyat Bung Karno? Pakar yang bergelut di dunia metafisika  Arkand Bodhana Zeshaprajna---beri saran mengganti nama Indonesia dengan nama  yang telah 1000 tahun digunakan oleh nenek moyang kita: Nusantara.                                                  

Banyak Negara Mengganti Nama

Seandainya bangsa ini sepakat untuk meninggalkan nama yang diciptakan oleh orang Eropa, maka Indonesia bukanlah negara pertama yang mengganti nama peninggalan masa penjajahan. Faktanya banyak negara setelah merdeka mengganti nama yang diciptakan atau diberikan oleh penjajahnya, seperti Ceylon menjadi Sri Lanka, Burma menjadi Myanmar, Indo-Cina menjadi Vietnam, Rhodesia menjadi Zimbabwe, Gold Coast menjadi Ghana, South-West Afrika menjadi Namibia.

Selain Indonesia, negara yang masih kekeh menggunakan nama warisan penjajahnya adalah Philipina (Filipina). Nama ini dibuat ketika orang-orang Spanyol menguasai wilayah tersebut, sebagai persembahan kepada raja Spanyol, Philip, jajahan itu diberi nama Philipina. Nasib Indonesia pun 11-12 dengan Philipina. Bidang politik sama-sama gaduh. Bidang ekonomi sama-sama negara pengutang dan masuk negara berkembang pada tataran bawah. Di bidang TKW sama-sama pengekpor. Philipina punya Abu Sayyap, Indonesia ada Santoso.

Grup band legendaris Koes Plus sudah sejak dulu menyuarakan  kedigdayaan Nusantara melalui syair-syair lagunya. Kapankah kedigdayaan yang disuarakan Koes Plus dapat  terwujud? Kapan Indonesia terbebas dari belenggu kemiskinan? Mungkin jika bekas tanah jajahan Belanda yang bernama Hindia-Belanda---yang oleh George Samuel Windsor Earl, James Richardson Logam, dan Adolf Bastian, yang dinamai Indonesia---menjadi Republik Nusantara. Wallahualam bisawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun