Fifit datang diantar majikannya sekeluarga -- suami istri dan 2 orang anak gadis mereka. Kami ngobrol dengan serunya, sesekali Fifit menerangkan dengan Bahasa Arab. Ternyata Fifit sudah fasih sekali berbahasa Arab. Aku dan anak-anakku dengan Bahasa Inggrisku yang ngepas banget, ngobrol dengan ibu dan anak-anak gadis keluarga Arab. Sedangkan suamiku dan bapak Arab juga ngobrol dengan keterbatasan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris suamiku.Â
Silaturahmi dua keluarga Arab dan Indonesia berjalan seru dan akrab, kami bisa ketawa ketiwi juga, lho. Berarti keterbatasan bahasa lisan bukan menjadi kendala untuk silaturahmi, karena kami ngobrol dengan bahasa kalbu. Heheheee...
Banyak surat Al Quran dan hadits yang menjelaskan tentang manfaat silaturahmi, salah satunya membuka pintu rezeki.
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (QS Al Hujurat: 10)
"Itulah (karunia) yang diberitahukan Allah untuk menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Katakanlah (Muhammad), 'Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.' Dan barang siapa mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan kebaikan baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS Asy Syura: 23).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah dengan sesuatu yang lebih baik daripada silaturahmi. Dan silaturahmi menghasilkan kasih sayang di antara keluarga dan meningkatkan rezeki."
"Barangsiapa yang senang agar dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR Bukhari).
Ada lagi cerita silaturahmi aku dan Fifit yang tak terlupakan waktu lebaran tahun ini -- tahun 2024. Ketika itu suamiku masih sakit stroke parah, mobilitas masih sangat terbatas. Sepertinya kami nggak bisa ikut kumpul keluarga suamiku di rumah mbak no-1 seperti tahun-tahun sebelumnya. Akhirnya mbak no-1 mengusulkan acara silaturahmi Lebaran dipindah ke rumah kami - adik bungsu. Kue-kue, lasagna dan es buat seger-segeran dibawa masing-masing keluarga -- potluck.
Aku dan anak gadis sudah berencana siapkan hidangan praktis saja:
- Lontong sayur Betawi lengkap dengan semur tahu dan telor -- pesen di Bang Aman langganan.
- Nasi Briyani -- beli paket beras Basmati dan bumbu kering.
- Ayam ungkep dan tempe goreng.
- Untuk sopnya kami sajikan Tekwan -- pesen tekwan frozen dari teman.
Pokoknya yang praktis, nggak usah masak opor, sambel goreng daging giling, rendang daging dan masakan lainnya yang bersantan khas lebaran. Walaupun sudah diminimalisir, tetap saja masih ada sedikit kehebohan bikin nasi Biryani, goreng ayam, goreng tempe dan rebus tekwan. Kami meyusun rencana, aku dan anak gadis bertugas di dapur, sedangkan anak lanang bertugas membantu dan mendampingi ayah selama aku di dapur.
Dua hari menjelang Lebaran, tau-tau Fifit telpon. "Bu, aku sedang ada di Tebet. Tadinya mau kerja infal Lebaran 10 hari, dibayar Rp200rb/hari. Tapi kok ibu yang pesen udah dapat orang lain. Nggak telpon aku sebelumnya, aku udah terlanjur sampai Tebet. Travel ke Indramayu udah penuh semua, baru ada seminggu lagi".
Aku bisa merasakan kebingungan dan kekecewaan Fifit. Sudah ninggalin anak-anak dan suami, nggak bisa Lebaran di kampung, tapi kok kejadiannya seperti ini. "Astaghfirullah... Siapa yang nawarin kerjaan itu, Fit? Dia tanggung jawab ngurusin kamu nggak?"