Baru jalan lagi dan sampe di komplek rumahku kira-kira pukul 09.30 WIB. Dengan membawa 2 panci besar berkapasitas +/-100 porsi bubur ayam, kadang kala aku nggak kebagian bubur pak Abdul. Alhamdulillah bubur ayam Tambun sudah habis - laris manis.
"Saya udah kangen jualan, bu. Lagian kasian banyak langganan nungguin saya ngider. Insyaa Allah bulan Desember mau operasi mata, alhamdulillah gratis pake BPJS".
"Pak Abdul luar biasa, euuy. Sakit aja masih kasihan mikirin langganan yang kangen bubur. Berkah yaaa, pak. Insyaa Allah operasi lancar, sehat lagi, semua penyakitnya hilang".
"Aamiin... Makasih bu. Mudah-mudahan bapak juga cepet sembuh", doa pak Abdul sambil menganggukkan kepala kepada suamiku yang duduk di kursi roda.
"Aaamiin... Aamiin... Yaa Rabbal Aalamiin... Makasih banyak, pak..."
Pak Abdul sudah jualan bubur selama 35 tahun, sekarang umurnya menginjak 54 tahun. Banyak hikmah yang kudapat dari sering ngobrol dengan pak Abdul -- tukang bubur. Tentang dedikasinya kepada pekerjaan, tentang kecintaannya kepada customer dan tentang optimismenya menghadapi semua suratan Allah.
Teringat pesan ustadzah dari kajian minggu lalu,Â
"Hidup ini bukan sekadar bertahan, tetapi bagaimana kita menemukan makna dalam setiap langkah yang kita ambil".
Jakarta, 3 November 2024
-nonk-
#KMJCA