Sholat Dzuhur kami rencanakan di masjid besar dekat kedai Gunung Kidul saja. Dulu kami juga biasa singgah untuk numpang sholat. Bener-bener seperti piknik, menyusuri tempat-tempat yang biasa kami kunjungi sebulan sekali.
Setelah menempuh perjalanan kira-kira 40 menit, sampailah kami di lokasi. Kedainya sederhana dan tidak terlalu luas. Bernuansa khas pedesaan, lengkap dengan saung-saungnya. Ada area lesehan di saung luar dan area meja makan di ruangan ber-AC. Kami memilih di area dalam saja dan segera memesan semua menu yang sudah dirindukan.
Pilihan jatuh kepada sego berkat komplit, bihun godog, singkong goreng, jadah tempe dan teh poci gula batu. Tak ketinggalan kerupuk legendar sebagai pelengkap makan sego berkat. Masing-masing menu dipesan satu porsi saja, karena kami akan sharing makan berdua.
Tak lama kemudian singkong goreng, jadah tempe dan teh poci gula batu datang. Singkong gorengnya masih panas, renyah dan empuk. Jadah tempenya persis rasanya seperti jadah tempe di Kaliurang Yogya. Teh poci gula batu disajikan dalam teko gerabah, panasnya bikin kemepyar. Hilang semua kantuk dan sakit kepala. Orang Jawa bilang Nasgitel – panas, legi, kentel. Tehnya panas, manis dan kental. Sedapnya…
Bihun godog menyusul disajikan, dalam mangkok blirik hijau yang dialasi piring blirik hijau.Â
Perlengkapan makan blirik hijau adalah perlengkapan makan jadul dengan motif loreng/blirik yang khas. Perpaduan warna hijau dan putih, terbuat dari seng yang dilapisi enamel supaya awet dan tahan lama. Enamel ini juga berfungi menghindari terjadinya pengendapan zat kimia berbahaya dalam tubuh.
Asap bihun godog mengepul, tercium harum bumbunya yang unik. Rasanya pas, enak, kuah kaldunya gurih dan suiran ayam kampungnya terasa empuk. Membawaku bernostalgia ketika jajan bihun godog di Alun-alun Selatan Yogya.
Walaupun suasana saat ini panas terik, tapi kami tetap menikmati sajian teh poci panas gula batu dan bihun godog dengan asap mengepul. Tak apa semua serba panas, tapi tetap sejuk banget di hati… Hehehe…
Ketika kami baru saja selesai menikmati sruputan terakhir bihun godog, sego berkat komplit-nya datang. Dengan dibungkus daun jati, sego berkat disajikan di atas piring lidi berwarna coklat.
Kami buka perlahan, terlihat nasi putih pulen yang ditaburi bubuk serundeng melambai-lambai. Mengajak kami untuk segera menikmati, walaupun baru selesai makan bihun godog.
Lauknya soun tumis cabe hijau, tempe orek, daging semur dan telor pindang setengah butir. Nggak ketinggalan sambel khas Kedai Gunung Kidul yang rasanya bikin mata langsung melolot, saking enak dan pedasnya.