Setelah mengucap terima kasih dan berpamitan dengan suamiku, aku langsung berbalik menuju mobil.
Kira-kira sekitar pukul 12.45, sholat Jumat telah berakhir. Ketika para jamaah sudah berangsur-angsur pulang, aku menghampiri suamiku di pelataran masjid.
Seorang tetangga yang bernama mas Eko, bersalaman dengan suamiku dan kemudian nyeletuk ke aku, "Romantis banget sich mbak".
"Kok romantis tho mas? Apane seng romantis?", aku tersenyum geli dan bingung sama comment mas Eko.
"Ya iyaa romantis-lah. Nganterin yayangnya yang pengen Jumatan ke masjid."
Masyaa Allah. Tabarakallaah... Ternyata untuk kita bikin romantis itu sederhana saja, lho...
Mengutip sebait puisi karya ibu Yani Suryani di komunitas Forsham:
"Tak harus saling menggenggam tangan untuk disebut romantis. Tak melulu gambarkan cinta membara. Itupun romantis..." (Yani Suryani)
 Jakarta, 4 Oktober 2024
-nonk-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H