Dari perspektif bisnis, konvergensi media dianggap sebagai strategi penghematan biaya. Jurnalisme sebagai industri itu sendiri, tidak dapat dipisahkan terkait dengan bisnis yang berakhir untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi. Oleh karena itu, tenaga kerja diminta untuk secara mahir menghasilkan konten berita multi media dengan keterampilan teknis. Akibatnya, kenaikan pendapatan bisa diterima saat konten berita didistribusikan secara efisien melalui berbagai platform.
ALASAN UNTUK TRANSFORMASI
Jurnalisme multimedia dianggap sebagai transformasi revolusioner dalam informasi dan komunikasi. Ini tidak hanya menantang organisasi dan manajemen ruang berita tradisional, tapi juga mengubah model bisnis yang ada. Untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi, kantor berita memproduksi lebih banyak konten yang dapat diakses oleh ukuran pemirsa yang meluas melalui berbagai platform distribusi. Kekuatan pendorong jurnalisme multimedia mencakup dua tujuan, sebuah "dorongan" akhir dan sisi "tarik".
"Dorongan" akhir mengacu pada niat penyedia berita yang ingin memigrasikan pembaca dari media cetak fisik ke platformdigital. Pesatnya pertumbuhan teknologi dan popularisasi internet pada dasarnya mempengaruhi model bisnis jurnalistik. Periklanan sebagai motor penggerak utama produksi, khalayak sasaran dapat diperluas karena konten berita didistribusikan melalui berbagai platform. Meskipun surat kabar fisik masih dipertahankan dalam posisi terdepan dalam distribusi, keuntungan dari penjualan digital merupakan persentase pendapatan yang besar untuk industri ini.
Ada juga faktor "tarik" sehubungan dengan transformasi jurnalisme. Munculnya digital yang tumbuh dengan media baru, berbicara bahasa digital komputer dan internet, membuat penyedia berita menyesuaikan format berita. Generasi muda cenderung lebih mahir terlibat dengan teknologi baru, bahkan menghabiskan seluruh hidupnya dikelilingi oleh media digital. Berkenaan dengan mereka yang menjadi bagian dari "penduduk asli digital" daripada memilih bentuk liputan berita tradisional, kantor berita beradaptasi dengan lingkungan baru untuk melayani berbagai kebutuhan audiens.
- Dampak pada pembaca
Media berita sebagai kendaraan yang menyampaikan informasi memudahkan komunikasi massa, tidak hanya memproduksi dan mendistribusikan berita, tapi juga meningkatkan hubungan antara penyedia berita dan pembaca. Jurnalisme tradisional berdasarkan medium tunggal mendefinisikan peran pembaca sebagai penerimanya dan konsumen informasi. Wartawan demikian berfungsi sebagai penjaga gerbang, menentukan sumber mana yang harus ditutup, dan jenis informasi apa yang perlu diketahui publik.
Secara ekonomi, perilaku konsumen khalayak ramai dipengaruhi oleh jurnalisme multimedia. Sebagai konsumen informasi, pembaca tradisional secara pasif mengakses informasi karena hanya ada satu bentuk produk berita.
Sebelum pengenalan teknologi digital, penyedia berita menyadari bahwa mereka perlu memperluas cakupan pembaca mereka dengan menyediakan sebuah forum untuk diskusi publik. Komentar dan halaman editorial di surat kabar dibuat untuk memuaskan kebutuhan tersebut; namun, ukuran dan aksesibilitas mereka terbatas. Karena kantor berita beradaptasi dengan tren jurnalisme multimedia, suara pembaca dapat terdengar lebih komprehensif. Misalnya, fitur interaktif media baru seperti internet, terutama media sosial, di satu sisi yang memungkinkan para jurnalis untuk berkomunikasi secara langsung dengan audiens mereka, di sisi lain juga memungkinkan pembaca untuk bertukar gagasan di antara mereka.
 Jurnalisme multimedia mengubah pembaca menjadi kolaborator, yang menghasilkan kontak lebih besar antara wartawan dan audiens mereka. Pemirsa dapat mengakses informasi melalui lebih dari satu platform sekaligus memahami informasi berita secara rinci. Selain itu, beberapa forum diskusi disediakan oleh jurnalisme, seperti area komentar online di bawah setiap laporan berita, yang memungkinkan komunikasi langsung antara pembaca dan jurnalis.
- Dampak terhadap konten
Pada zaman yang konvergen, ruang lingkup jurnalisme telah berkembang pesat melalui model multimedia, yang berfungsi sebagai bentuk alternatif bagi produksi dan konsumsi berita tradisional. Para ilmuwan percaya bahwa multimedia digunakan sebagai perpanjangan efektif dari format narasi berita utama. Misalnya, Benson dkk. mengklaim bahwa, berkaitan dengan berita yang disampaikan secara online, meskipun narasi utama laporan berita masih merupakan bagian dominan jurnalisme, elemen tambahan lainnya seperti grafik, gambar, video menjadi lebih umum saat ini.