Radit (37) juga mengaku bertemu dengan Ana, pacar semasa SMA saat reuni. "Tak ada perasaan cinta, hanya ingin tahu kabarnya. Samalah seperti teman lainnya, meski yang satu ini ingin tahu lebih," kata ayah dua anak ini sembari tertawa.
Grogi menjadi kesan pertama Radit saat bertemu Ana. Tetapi setelah itu semua berjalan sewajarnya. Di mata dia, Ana tetap cantik seperti dulu. Tetapi itu tak berarti dia menyesal mereka tak berjodoh. "Jadikan perempuan idaman saja. Kalau jadi istri, mungkin dia malah tak bisa jadi istri idaman," ucapnya.
***
BAGI Dra Sri Mariati Deliana MSi, psikolog dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), pertemuan insidental dengan teman lama dalam sebuah reuni atau temu kangen atau pun kesempatan lainnya sebenarnya bukan hal yang luar biasa. Maksudnya, pertemuan nostalgia justru berdampak baik untuk menyegarkan kembali pikiran kita. "Memu nculkan emosi sesaat itu tidak ada salahnya, bisa jadi refreshing dari rutinitas sehari-hari," katanya.
Pertemuan seperti yang dialami Doni dengan Lia atau Radit dengan Ana biasanya lebih bisa dipertanggungjawabkan karena mereka dewasa dan matang seiring perjalanan waktu. "Tidak perlu ada ketakutan yang berlebihan. Semua itu bergantung atas masing-masing individu, terlebih lagi perjalanan hidup mereka masing-masing telah mematangkan emosi. Jadi, tidak masalah."
Tapi menurutnya, meski berkesan seperti "iklan lewat" atau selingan, sebuah hubungan yang tak sekadar teman biasa tetap punya kemungkinan untuk melibatkan emosi dan fisik keduanya secara lebih intensif. Seperti hubungan Sinta dan Surya. Pertemuan dengan teman yang sudah menumbuhkan perasaan lain di hati ini patut diwaspadai, meski mereka seringkali menyangkal dan menganggap hanya sekadar berbagi.
Orang yang seperti itu, lanjut Deliana, biasanya adalah orang yang cenderung "bermasalah", yakni orang yang kehidupan rumah tangganya mengalami kegamangan karena situasi dan kondisi.
"Bermasalah dalam tanda kutip, ya, meski permasalahan tidak selalu terlihat dari luar, seperti misalnya jauh dari suami."
Ketika bertemu tambatan hatinya, mereka seringkali merasa lebih baik, karena ada sisi yang tidak ditemukan pada pasangannya. "Lalu membandingkan, padahal perlu pemikiran panjang. Mereka sudah sekian lama tidak bertemu, bisa jadi keduanya berbeda dibanding dahulu," tambah Deliana.
Sebenarnya semua itu, menurut Deliana, bergantung atas cara berpikir seseorang dalam melihat situasi dan kondisi masing-masing individu. Misalnya, Radit yang berpikir lebih dewasa dan matang menyikapi kehidupannya sekarang. "Mensyukuri apa yang sudah dimiliki, sekecil atau sejelek apa pun justru lebih membahagiakan daripada memunculkan cinta lama yang belum tentu ujungnya." Memang, selain butuh kesadaran, juga diperlukan pengendalian diri yang kuat.
"Kalau berlangsung sesaat saja, itu masih wajar. Kalau keterusan bisa jadi masalah. Setiap individu kan punya kehidupan masa lalu, kini, dan masa depan. Kehidupan yang tak seluruhnya bisa dibagi dengan pasangannya.
Meski wajar, tetapi sebaiknya hati-hati biar tidak tergelincir."
Ya, reuni bertemu sosok spesial di waktu lalu memang membawa sensasi menyenangkan. Tapi, jika berkepanjangan, mungkin mengundang masalah yang membahayakan.
Kembali ke masa lalu terkadang memang sangat menyenangkan, tapi terkadang juga bisa jadi bumerang. (62)
Bebrayan / 05092010