Mohon tunggu...
Nonda Rana
Nonda Rana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo saya Nonda Rana Intanti seorang mahasiswa dari Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pandemi ini Jadikan Lebih Produktif atau Toxic Productivity?

7 Juni 2022   17:20 Diperbarui: 7 Juni 2022   17:40 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Halo! Perkenalkan nama saya Nonda Rana Intanti, Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat program studi Gizi. Artikel ini saya buat untuk studi saya di mata kuliah Logika dan Pemikiran Kritis Kelas D-1.11. Artikel ini juga saya buat berdasarkan pengalaman yang telah saya dan teman-teman saya lalui saat pandemi Covid-19 sedang marak-maraknya.

Semenjak Pandemi Covid-19 meluas di dunia dari tahun 2020, hampir semua sector kehidupan berubah yang salah satunya adalah semua Pendidikan dan perkantoran berubah menjadi system online atau biasa dikenal dengan WFH (Work From Home). Kegiatan ini dilakukan hampir 2 tahun lamanya semenjak pandemi melanda dan tentu menjadikan ini kebiasaan baru dengan meningkatnya tingkat produktivitas

Meningkatnya tingkat produktivitas dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan memang hal yang baik karena kita menjadi tidak membuang-buang waktu. Akan tetapi segala sesuatu yang berlebihan memang bukan hal yang baik. Contoh saja ada beberapa mahasiswa dimulai dari kuliah pagi sampai sore, lanjut mengerjakan tugas, dan malamnya masih ada beberapa kegiatan organisasi atau lainnya, sehingga tidak memiliki waktu istirahat yang cukup. Lebih parahnya itu adalah kebiasaan ini terjadi terus menerus.

Hal ini bisa jadi disebut sebagai produktivitas yang berlebihan atau toxic productivity, terutama selama masa pandemi karena dirasa selama pandemic ini berbagai macam kerjaan menjadi lebih fleksibel untuk dikerjakan dimana saja dan kapan saja, selain itu banyak orang yang merasa menjadi produktif itu menjadikan dirinya sangat berguna dengan mengerjakan suatu pekerjaan non-stop. Tanpa sadar biasanya orang-orang ini terjebak dalam toxic productivity, apakah kalian adalah satu satunya?

TOXIC PRODUCTIVITY 

Pada umumnya, produktivitas berlebihan biasa sekilas mirip dengan ‘workaholic’ dan ‘hustle culture’ serta kata-kata lain yang menggambarkan terlalu banyak bekerja dan mengenyampingkan istirahat atau bahkan memikirkan pekerjaan di waktu istirahat

Menurut Dr. Julie Smith seorang psikolog klinis dari Hampshire, Inggris Toxic Productivity ini bisa diawali dari tiap orang berlomba-lomba menjadi orang yang sibuk, memiliki project sampingan, atau sekedar memiliki jadwal dan kegiatan yang harus dilakukan atau dengan kata lain orang menganggap dirinya berharga apabila menghasilkan atau produktif dan merasa gagal jika tidak melakukan kegiatan apapun.

Ciri-ciri 

 Menurut Dr. Theresa Mascardo psikolog Filipina-Amerika, ada beberapa ciri lain yang menandakan seseorang melakukan toxic productivity.

Bekerja berlebihan 

Bekerja berlebihan di sini sudah tahap tidak memperdulikan kesehatan dan mengganggu hubungan social dengan orang lain sampai terdapat keluhan dari orang lain bahwa mereka tidak merasakan kehadiranmu di sekeliling

Berekspektasi berlebih pada diri sendiri 

Kemungkinan terjadi karena kita masih belum bisa beradaptasi dengan waktu pandemi, semua orang berlomba untuk mengunggah hasil karya dan pekerjaannya pada hari itu dan kita merasa tidak ada apa-apanya karena tidak menghasilkan seperti yang orang lain hasilkan. Alhasil timbulah standar yang kita buat sendiri untuk bisa sama seperti orang lain. Hal ini berbahaya pada kesehatan mental karena bisa menimbulkan stressful condition 

Merasa sulit untuk beristirahat 

Muncul karena timbul rasa bersalah bila beristirahat setelah seharian penuh bekerja atau berkegiatan atau bisa saja dalam waktu istirahat, otak kita masih memikirkan perihal -pekerjaan alhasil waktu istirahat kita terbuang sia-sia karena sesungguhnya otak dan badan kita tidak sepenuhnya istirahat.

Cara menghindar dari Toxic Productivity 

Lalu bagaimana agar kita tidak masuk ke dalam toxic productivity? 

Kenali dan akui tanda-tandanya apabila itu ada dalam diri kita, jika sudah ada tanda-tanda tersebut jangan coba untuk tidak mengabaikan. Setelah itu buat tujuan dan goals yang realistis berdasarkan kemampuan. Stop untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan jangan merasa kita tidak berharga jika tidak menghasilkan suatu karya karena sesungguhnya kita juga tidak tahu menyeluruhnya tentang kehidupan orang lain tersebut. Sedikit apapun kegiatan yang kita lakukan itu sudah menandakan sebuah proses diri kita untuk berkarya. Terakhir, jangan lupakan tentang kesehatan, beri waktu untuk tubuh kita beristirahat dan sesekali berikan self reward untuk diri kita.

Sekian artikel saya tulis mengenai ciri-cori dan tips untuk menghindar dari sifat toxic productivity. Mulai sekarang percaya dan sayangi diri kita sendiri agar hidup ini lebih baik dan efektif dalam beraktifitas. Sesungguhnya semua ini ada batasnya dan ingat sebuah kalimat bahwa yang berlebihan itu tidak baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun