Orang-orang di kampung saya lami kaka peti (jaga burung pipit), itu berlaku bagi orang-orang yang mempunyai sawah 'kelang', artinya kalau tidak salah, sawah yang mempunyai sumber airnya banyak. Karena musim ini identik dengan musim kering, sehingga tidak semua masyarakat di kampung saya ini  lami kaka peti (jaga burung pipit).Â
Dari situ aku mengenal suara burung, yang terbang menghiasi langit yang indah dengan irama terbang yang serasi di iringi suara yang menarik perhatian semua petani sawah. Dengan suara yang dihasilkan oleh burung-burung itu membuat hati seorang petani padi tak keharuan.Â
Begitu segerombolan burung pipit datang mendekati padi, banyak orang teriak dengan gaya bahasa nya tersendiri, ada yang mengunakan kata makian, tarikan keras, memainkan alat musik tradisional (seruling), pukul-pukul jerigen. Dan itu semua jenis benda yang menghasilkan suara yang lantang untuk mengusir segerombolan burung pipit supaya tidak makan padi yang mereka tanam.
Di sore itu di temani cuaca yang begitu dingin dengan panorama alam yang begitu indah yang menghiasi bola mataku. saya melihat orang-orang tetangga sawah ku lari kian-kemari. Dengan penuh semangat untuk mengusir dan menjada tanaman mereka dari gangguan burung pipit. Orangnya ramah, Baik hati, tidak sungkan dengan satu sama lain, dan saling terbuka.
Saya sangat bangga melihat orang-orang di kampung saya, begitu baik dan kolaborasinya antara sesama itu masih sangat terjaga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H