a) Menurut Stoner, (1996 : 161) mengatakan : bahwa kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok.
b) Menurut Wahjosumidjo (1999: 79) mengatakan : seorang pemimpin memiliki kecerdasan, pertanggung jawaban, sehat dan memiliki sifat sifat antara lain Dewasa, keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan prestasi serta sikap hubungan kerja kemanusiaan. Sebaliknya dalam realitas sosial modern, juga dikenal pemimpin karismatik, terutama dalam lingkungan sosial dan politik.
c) Menurut Tead;Terry;Hoyt didalam Kartono,2003. Mengatakan : Definisi kepemimpinan menurutnya adalah sebuah kegiatan ataupun sebuah seni untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan kepada kemampuan yang dimiliki oleh orang itu guna membimbing orang lain didalam usaha mencapai berbagai tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok.
Kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan otokratis (autocratic leadership) merupakan gaya kepemimpinan di mana pengambilan keputusan berfokus pada pemimpin. Pemimpin lebih sering membuat keputusan dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa atau dengan sedikit masukan dari yang lain. Gaya kepemimpinan ini melibatkan kontrol mutlak dan otoriter terhadap bawahan. Juga dikenal sebagai kepemimpinan yang berwibawa.
Dalam kepemimpinan otokratis pemimpin bertindak sebagai diktaktor terhadap anggota-anggota kelompoknya. Kekuasaaan pemimpin yang otokratis hanya dibatasi oleh undang-undang. Pemimpin yang otokratis tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Supervise bagi pemimpin yang otokratis hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggota-anggotanya.
Karakteristik Kepemimpinan Otokratis
Pertama, kekuasaan berada di tangan satu orang (pemimpin). Pemimpin membuat hampir semua keputusan, Â termasuk keputusan tentang tujuan, tugas, proyek, dan proses kerja. Mereka mendikte semua metode dan proses kerja kepada bawahan dan tidak menyerahkan keputusan kepada bawahan.
Kedua, pekerjaan biasanya terstruktur dengan baik dan kaku. Kontrol absolut menghalangi kemampuan mereka untuk berkreasi.
Ketiga, pemimpin melakukan kontrol otoriter dan mengawasi bawahan mereka dengan ketat. Untuk mengelola organisasi, mereka membuat aturan, prosedur dan kebijakan ketat yang harus dipatuhi bawahan. Mereka kemudian menyampaikannya ke bawahan untuk dipahami dan diterapkan tanpa pertanyaan.
Keempat, pemimpin menganggap kepentingan bawahan kurang penting dibandingkan organisasi. Sehingga, mereka kurang memberikan perhatian pada kepentingan bawahan. Karena alasan ini, pemberdayaan di lingkungan otokratis adalah rendah.