Apa hubungannya sih orang Jepang sama si cici, G?! Lo rasis banget deh!
Korelasinya memang agak rasis namun terbukti adanya bahwa mayoritas orang Jepang memiliki ketaatan diatas rata-rata. Kerap kali mereka siap sedia sebelum gue sempat mengingatkan mereka untuk merapihkan tempat duduk mereka. Konon katanya, gengsi bagi mereka apabila mereka harus ditegur untuk merapihkan meja mereka.
Pasalnya, sebelum pesawat mengudara dan sebelum pesawat mendarat, ada sembilan hal yang harus dilakukan oleh penumpang.
- Menaikkan tutup jendela.
- Menegakkan sandaran kursi.
- Melipat meja.
- Menyimpan remote sistem hiburan.
- Menaikkan pijakan kaki.
- Memakai sabuk pengaman.
- Menyimpan alat elektronik berukuran besar seperti laptop.
- Menyimpan tas dikolong depan atau di kompartemen atas.
- Mengatur ponsel dalam mode penerbangan atau (dalam beberapa penerbangan) menonaktifkan ponsel.
Dari sembilan hal diatas, cici dan kokoh melewati enam poin. Satu dari tiga poin yang ditaati pun sesungguhnya karena mereka tidak duduk di dekat jendela.
Risih rasanya, namun karena si cici masih menyeruput cantik tehnya, gue memutuskan untuk melewatkan mereka dan patroli siskamling keliling kabin mengamati penumpang-penumpang lain terlebih dahulu.
Bolak-balik dua putaran, tak kunjung usai cici meminum tehnya. Hingga akhirnya kolega yang bekerja dengan gue menghampiri cici dan kokoh untuk membereskan tempat duduk mereka. Menging perjanjian kerja yang sudah gue sepakati dengan bos gue, gue pun turut menghampiri meja cici dan kokoh untuk kemudian mengambil alih.
Mau tidak mau gue harus membereskan tempat duduk cici dan kokoh yang porak poranda itu. Kala gue sedang membantu menyimpan remote si kokoh, si cici mencibir dalam bahasa yang sangat akrab di telinga gue.
“Ni cewek resek juga ya!”
Terhenyak lah gue.
Di benak gue, gue menoleh kepada si cici sembari berucap, “Mbak, tasnya bagus kok kelakuan nggak sebagus tasnya?”
Namun gue mengurungkan niat gue karena enggan menginisiasi perang saudara diatas pesawat.