Pun pernah gue mendapatkan pasangan ayah-ayah yang berpergian dengan anak mereka yang masih tergolong batita. Pasalnya, ketika ibu hadir di tengah keluarga, ada sosok yang begitu diandalkan dalam menangani urusan si buah hati. Ketika sosok ini tereliminasi, tidak ada lagi pihak yang statusnya mengetahui yang terbaik. Akhirnya kedua ayah melakukan hal yang paling indah yang dapat mereka lakukan di dalam kabin: mereka berkomunikasi.
Jujur saja gue sempat meragukan kebolehan pasangan ayah-ayah itu dalam perihal mengasuh anak mereka yang bahkan belum bisa berbicara itu. Yang ada gue mendapatkan diri gue terenyuh melihat kedua ayah tersebut berdiskusi mesra ketika gue menawarkan tiga macam pilihan rasa makanan bayi untuk si anak.
Gue pun cengar-cengir setiap gue melihat mereka berunding tentang berapa mililiter susu yang harus diberikan. Atau ketika mereka berkerja sama ketika mengganti popok. Dan ketika mereka bergiliran menimang si bayi untuk membuatnya tertidur. Mereka begitu harmonis!
Gue kembali lumer.
Sampai-sampai gue bergumam dalam hati betapa gue ingin suami gue nanti seperti mereka. Betapa gue, sang calon ibu yang akan diberi kehormatan untuk tahu yang terbaik, ingin belajar mendengarkan pendapat calon anak-anak gue seperti para ayah itu. Tak elak gue pun terinspirasi dari pasangan ayah-ayah dengan harmonisnya komunikasi mereka.
Sosok ayah memang tidak mendominasi iklan-iklan susu, popok, kecap, ataupun sabun cuci piring. Pengetahuan mereka pun dinomor-empat-kan (setelah ibu, ibu mertua satu, dan ibu mertua dua tentunya). Namun gue yakin betul para ayah melakukan yang terbaik dan keberadaan mereka tidak dapat dinomor-duakan dengan siapapun.
Selamat hari Ayah! :)
Â
Â
Seperti termuat dalam http://ceritakabin.com/2015/06/21/ayah/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H