Mohon tunggu...
Ranti Naomi Sinaga
Ranti Naomi Sinaga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

start well finish well

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Yaman: Embargo Arab Saudi Terhadap Yaman Memicu Krisis Kemanusiaan yang Berkepanjangan

2 Desember 2023   23:25 Diperbarui: 2 Desember 2023   23:42 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik internal Yaman dimulai pada tahun 2014 dengan munculnya pemberontak Houthi, kelompok Syiah yang memiliki keterkaitan dengan Iran. Houthi berhasil merebut kendali ibu kota, Sana'a, dan wilayah lain di negara tersebut, sehingga memicu pertentangan dengan pemerintah yang diakui secara internasional.

Akhirnya pemerintah menerima dukungan dari koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi, harapannya akan mengakhiri permasalahan dan bertujuan untuk memusnahkan pemberontak di Yaman.

Perang saudara terus berlanjut, yang mengakibatkan kerugian pada aspek ekonomi, sosial, dan terutama kemanusiaan, menyebabkan bencana kemanusiaan yang tak terbatas, termasuk kelaparan yang meluas, penyebaran penyakit, dan serangan terhadap warga sipil.

Sebagai akibatnya, Yaman diakui sebagai episentrum krisis kemanusiaan terparah di dunia. Konflik ini juga melibatkan kelompok militan Islamis lainnya dan menyebabkan depresiasi tajam mata uang Yaman, yang semakin memperburuk penderitaan penduduknya.

Dalam langkah tegas lainnya, koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi memberlakukan blokade laut, darat, dan udara di Yaman sebagai respons terhadap serangan udara rudal yang dilancarkan oleh pemberontak Houthi ke Arab Saudi, yang menargetkan kapal tanker minyak, fasilitas, dan bandara internasional.

Tindakan blokade ini secara signifikan membatasi pasokan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan bagi warga sipil, memberikan kontribusi yang besar terhadap krisis kemanusiaan yang serius dan mendorong penduduk Yaman menuju keadaan kelaparan.

Strategi militer dari koalisi semakin berkembang, bertujuan untuk mencegah bantuan yang sangat dibutuhkan dan produk esensial mencapai warga sipil, menempatkan jutaan nyawa dalam risiko yang lebih besar.

Seiring berlanjutnya konflik, Arab Saudi mulai melancarkan embargo terhadap Yaman yang merupakan serangkaian pembatasan ekonomi dan militer yang diberlakukan oleh koalisi pimpinan Arab Saudi sebagai respons terhadap konflik saudara yang berkepanjangan di Yaman.

Embargo sudah dimulai sejak 2015, yaitu terdapat pembekuan aset, pembatasan perdagangan, dan pengekangan transportasi, terutama melibatkan pemblokiran jalur laut, darat, dan udara yang mengakibatkan terhambatnya impor dan distribusi barang, termasuk bahan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.

Salah satu konsekuensi paling serius dari embargo ini adalah pembatasan signifikan terhadap bantuan kemanusiaan yang dapat mencapai warga sipil yang terdampak konflik.

Meskipun tujuan embargo ini adalah untuk membatasi pergerakan senjata yang mendukung pemberontak Houthi, dampak utamanya adalah pada warga sipil yang terjebak dalam krisis kemanusiaan.

Kelaparan meluas, penyakit menyebar, dan pelayanan kesehatan serta pendidikan menjadi terbatas. Embargo ini telah menjadi sorotan kritis dari berbagai pihak, termasuk organisasi kemanusiaan dan lembaga internasional, karena dianggap memperburuk penderitaan rakyat Yaman.

Embargo ini menciptakan tantangan serius dalam menyediakan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil yang membutuhkan di Yaman. Beberapa pihak internasional telah mendesak agar pembatasan tersebut dilonggarkan atau dicabut sepenuhnya untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di negara tersebut.

Pada akhirnya muncul tanggapan dari dunia internasional seperti Presiden Amerika Serikat, tindakan embargo yang dilakukan Arab Saudi harus diselesaikan, karena tindakan tersebut hanya akan memperburuk keadaan rakyat sipil Yaman.

Meskipun tindakan yang dilakukan Arab Saudi untuk menekan pemberontak Houthi, namun berdampak luas pada aspek kemanusiaan yang mengakibatkan banyak anak-anak busung lapar, keterbatasan akses terhadap kesehatan, kemiskinan yang merajalela, serta krisis kemanusiaan yang berkepanjangan.

Dampaknya terus dirasakan oleh penduduk sipil, Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, secara konsisten memperingatkan bahwa Yaman sedang mengalami tingkat kelaparan paling parah dalam beberapa dekade.

Pada akhirnya di tahun 2022, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyelenggarakan sebuah konferensi dengan maksud menghimpun bantuan bagi Yaman, dengan target membantu lebih dari 17 juta orang di negara tersebut yang sangat memerlukan bantuan pangan.

Selain itu, PBB juga mengajak masyarakat internasional untuk turut serta dalam upaya menggenjot perekonomian dan memulihkan layanan dasar di Yaman. PBB juga mengapresiasi upaya diplomasi yang intensif dalam menyelesaikan konflik di Yaman dan mengimbau para pihak yang terlibat untuk menghindari terjadinya konflik besar di masa depan.

Program Pangan Dunia PBB (WFP) juga mengeluarkan seruan untuk mengumpulkan dana sejumlah 765 juta Dolar Amerika guna membantu Yaman. Langkah-langkah yang diambil oleh PBB ini menunjukkan tekad mereka untuk terus memberikan bantuan kepada Yaman menghadapi krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.

Tidak hanya PBB, UNICEF juga turut berkomitmen dengan memberikan bantuan kepada Yaman dalam mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang berkepanjangan. Mereka secara aktif menanggapi kebutuhan mendesak anak-anak di Yaman dengan tujuan membantu mereka bertahan hidup dan berkembang maksimal.

Sebagai bagian dari upaya ini, UNICEF telah mengeluarkan "Humanitarian Action for Children appeal," yang bertujuan mendukung pekerjaan agensi tersebut dalam memberikan bantuan kepada anak-anak yang terdampak konflik dan bencana di Yaman.

Dalam rangka mencapai tujuan ini, UNICEF berkomitmen untuk memberikan bantuan dalam bidang kesehatan, gizi, air bersih, sanitasi, pendidikan, perlindungan anak, dan dukungan psikososial kepada anak-anak dan keluarga mereka di Yaman.

Langkah-langkah ini mencerminkan komitmen berkelanjutan UNICEF untuk terus memberikan bantuan dan dukungan dalam menghadapi krisis kemanusiaan yang melanda Yaman. 

Harapannya masyarakat Yaman akan terbantu akibat dari krisis yang mereka alami selama bertahun-tahun dan segera mungkin untuk membenahi permasalahan dalam negeri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun