Ketahanan Pangan Terancam
Usut punya usut, saat ini masih ada 2,050 juta ton setara beras yang mangkrak di gudang-gudang milik Bulog. Beras tersebut merupakan kombinasi dari pengadaan dalam negeri sepanjang tahun 2018, pengadaan melalui impor, dan pengadaan dalam negeri pada 2019.
Ya tentunya kita masih ingat bagaimana sepanjang tahun 2018 Indonesia telah melakukan impor beras sebanyak 2,25 juta ton dengan nilai US$1,03 miliar. Angka itu jauh melonjak drastis jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2016 impor beras tercatat sebanyak 1,28 juta ton dengan nilai US$531,84 juta. Pada 2017 sebanyak 305,27 ribu ton dengan nilai US$143,64 juta.
Besarnya tonase impor beras pada 2018 bisa jadi dikarenakan stok awal tahun lalu yang hanya tersisa 700 ribu-800 ribu ton beras. Ini merupakan jumlah yang amat kecil dibandingkan dengan stok awal selama satu dekade terakhir yang berkisar 1,3 juta-1,5 juta ton.Â
Disini jelas terlihat adanya mismanajemen pangan. Besarnya stok yang mangkrak di gudang-gudang penyimpanan Bulog, sekitar 2 juta ton, membuat serapan gabah dan beras dari petani sangat rendah. Hal ini diperkeruh dengan fakta dimana Rastra telah diubah jadi BPNT, sehingga secara teori tak ada lagi penyaluran beras bersubsidi yang biasanya dalam setahun bisa mencapai 2,5 juta--3,4 juta ton.Â
Belum lagi Kementerian Pertanian (Kementan) yang tampak "tidak peduli" dengan kondisi Bulog. Mereka masih saja menekan Bulog untuk mengejar realisasi penyerapan beras di panen raya, yakni hingga 20 ribu ton per hari, agar target penyerapan beras petani sebesar 1,8 juta ton hingga akhir tahun ini tercapai.
Kacau sudah manajemen produksi dan distribusi pangan nasional. Masih ingat soal temuan 6.000 ton beras membusuk di gudang Perum Bulog Sub Divre Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, oleh tim Sergab TNI AD medio Februari 2019 lalu?
Itu hanya sebagin kecil yang terdeteksi. Masih ada ratusan gudang Bulog lainnya diluar sana. Pemerintah pasti sudah mencium aroma kegagalan ini. Jika tidak, tidak mungkin pernyataan "Sekarang kita akan kembalikan lagi ke raskin, dalam bentuk materi, jadi beras langsung ke masyarakat. Kenapa demikian, karena Bulog tidak tahu mau diapakan berasnya," terucap dari mulut Wapres Jusuf Kalla.
Acuan:
Simalakama Penyerapan Beras Bulog