Bukan rahasia lagi kalau kedua pasangan calon presiden, Joko Widodo dan Ma'ruf Amin serta pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, banyak didanai oleh perusahaan tambang dan energi yang notabene penyebab utama kerusakan lingkungan.
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mengungkapkan, sekitar 70% kerusakan lingkungan di Indonesia disebabkan oleh operasi pertambangan. Industri ekstraktif ini dengan mudah melabrak dan mengakali berbagai aturan yang bertentangan dengan kepentingannya, termasuk Undang-Undang Nomor  32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup (PPLH).
Sayang sekali, kedua pasangan capres justru tampak "adem ayem" terhadap konglomerasi perusak lingkungan tersebut. Yah maklum saja, jika uang sudah berbicara, siapa berani menentang?
Beberapa waktu lalu Greenpeace Indonesia lewat Twitter @GreenpeaceID merilis grafik para oligarki di belakang kedua kandidat. Dari grafis itu, tampak jelas lebih banyak oknum yang bermain tambang di balik kubu Jokowi dibandingkan dengan kubu Prabowo.
Di gerbong Jokowi, Greenpeace menyebutkan ada sosok Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Ketua Umum Perindo Harry Tanoesoedibjo.
Selanjutnya, ada Ketua Umum Nasdem Surya Paloh, Aburizal Bakrie, Andi Syamsudin Arsyad, Jusuf Hamka, Fachrul Razi, Suaidi Marasabessy, dan Wahyu Sakti Trenggono,
Hary Tanoesoedibjo, pendiri Partai Persatuan Indonesia (Perindo), dan Surya Dharma Paloh, pendiri Partai Nasdem, adalah dua bos media.
Kekuatan pemberitaan Tanoe terkonsentrasi lewat MNC Group, yang punya tiga jaringan televisi swasta terbesar di Indonesia. Begitu pula Paloh lewat Metro TV (Media Group), yang mendukung Jokowi sejak 2014.
Menurut laporan Globe Asia 2017, Tanoe punya kekayaan USD1,75 miliar. Sementara Paloh punya harta USD580 juta. Keduanya masuk dalam daftar 150 orang terkaya Indonesia versi media tersebut.
Sementara itu, Oesman Sapta Odang menguasai bisnis pertambangan, property dan perkebunan lewat OSO Group. Ia memiliki lahan sawit seluas 22.725 hektare di Mempawah serta punya pengolahan ikan terpadu, penyedia ikan dan udang segar di Kayong---keduanya di Kalimantan Barat. Politikus yang kini ketua umum Partai Hanura, menggantikan Wiranto, ini disebut majalah Globe Asia 2017 memiliki kekayaan USD400 juta.
Berikutnya adalah Luhut Binsar Pandjaitan dan Fachrul Razi. Luhut diketahui sebagai pemegang saham di PT Toba Bara Sejahtera. Diketahui, tiga anak perusahaan Toba Bara Group diduga meninggalkan 36 lubang tambang di Kalimantan Timur.
Fachrul Razi tercatat memegang posisi Presiden Komisaris di PT Central Proteina Prima dan Komisaris Utama PT Aneka Tambang (Antam) (Persero). Fachrul yang juga merupakan Komisaris PT Toba Bara Sejahtera, bahkan memiliki saham di PT Antam yang menambang pulau-pulau kecil di atas. Baik Luhut maupun Fachrul memiliki latar belakang militer.
Ada pula Wahyu Sakti Trenggono yang kini merupakan bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin. Wahyu bersama Garibaldi Thohir, boss raksasa batubara PT Adaro Energy Tbk, merupakan komisaris PT Merdeka Cooper Gold, salah satu pemegang saham PT Bumi Suksesindo yang menambang emas di Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi.
Gerbong Prabowo
Dari kubu Prabowo ada sosol adik Prabowo Hashim Djojohadikusumo, Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra, Â Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi Sudirman Said, Mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
Rasanya semua orang tahu Hashim di kubu Prabowo adalah kunci dan pendana utama eks Danjen Kopassus tersebut sejak Pilpres 2009. Menurut laporan Globe Asia 2017, kekayaan adik Prabowo tersebut sebesar USD920 juta.
Kepindahan Hary Tanoesoedibjo mendukung Jokowi bikin peta konglomerat di belakang Prabowo kini berpusat pada jaringan keluarga dan kolega. Selain Sandiaga Uno, nama lain tapi bukan wajah baru yang berada di gerbong Prabowo adalah Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. Tommy terlibat dalam Pemilu 2019 berkat Partai Berkarya. Ia disebut Globe Asia 2017 memiliki kekayaan 600 juta dolar AS.
Sementara  itu, sang calon pendampingnya, Sandiaga Uno, lewat bendera PT Recapital Advisors, Adaro, dan PT Saratoga Investama Sedaya. Sandiaga disebut Globe Asia 2017 memiliki kekayaan USD500 juta.
Orang-Orang Jusuf Kalla
Larangan aturan pemilu tak membuat Jusuf Kalla menanggalkan pengaruh pada Pilpres 2019. Ia memiliki orang-orang dekat di tengah jaringan pengaruh pada parpol dan akses kekuasaan. Dua nama yang bisa disebut adalah Sofjan Wanandi dan Aksa Mahmud.
Sofjan Wanandi, kawan lama Kalla sejak menjadi mahasiswa, melepas jabatan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia demi menjadi penasihat Kalla ke Istana Wapres.
Peran Sofjan juga penting bagi dunia internasional. Menurut Kalla, hampir semua duta besar untuk sejumlah negara yang baru bertugas di Indonesia selalu berkonsultasi kepada Sofjan Wanandi dalam rangka berdiskusi mengenai kondisi Indonesia.
Laporan Globe Asia 2017 menyebut kekayaan Sofjan berkisar USD590 juta, salah satu dari daftar 150 orang terkaya di Indonesia.
Sementara Aksa Mahmud, adik ipar Kalla, adalah bos Bosowa Corporation, perusahaan semen, infrastruktur, perdagangan hingga energi, di antara hal lain. Ia memiliki kekayaan USD1,8 juta, menurut Globe Asia 2017.
Koordinator Jatam Merah Johansyah mengatakan, keterkaitan dan keterlibatan langsung dalam bisnis tambang hingga sumber dana kampanye dari kedua pasangan calon yang sebagian berasal dari industri tambang, menunjukkan betapa Pemilu 2019 sangat kental dengan kepentingan industri tambang.
 "Bisa jadi ada upaya membuat nyaman investasi tambang saat kandidat yang mereka dukung menang."
Kesimpulannya, memang benar katanya orang baik pilih orang baik, sementara orang jahat pilih orang jahat. Sayangnya, orang baik dan orang jahat, dua-duanya melindungi perusak lingkungan.
Acuan:
Para Konglomerat di Belakang Jokowi dan Prabowo Pada Pilpres 2019
Jatam Soroti Perusahaan Tambang di Sekitar Jokowi - Prabowo
Greenpeace Singgung Oligarki Ekonomi di Balik Jokowi dan Prabowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H