Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses yang membantu manusia mewujudkan potensi dirinya agar mampu menghadapi setiap perubahan yang datang. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:7), pendidikan adalah suatu tindakan yang memungkinkan terjadinya pembelajaran dan perkembangan.Â
Pendidikan adalah proses interaktif yang mendorong pembelajaran. Pendidikan juga memegang peranan yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia. Melalui pendidikan, masyarakat dapat bertransformasi dari kebodohan menjadi individu yang berilmu, cerdas, kreatif, bertanggung jawab dan produktif.Â
Pendidikan memang menjadi permasalahan setiap orang, karena dari dulu sampai sekarang semua orang berusaha untuk mendidik anaknya atau menitipkan anaknya pada guru sekolah untuk mendapatkan pendidikan. Kesulitan belajar atau kesulitan dalam mendidik siswa merupakan hambatan dalam belajar.
Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, bahwa "pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, pengetahuan diri, kecerdasan, berakhlak mulia serta moral dan keterampilan yang dibutuhkan oleh individu, masyarakat, bangsa dan negara."
Guru merupakan bagian penting dalam pendidikan, mereka adalah orang-orang yang mencerdaskan kehidupan siswa, bertanggung jawab atas segala sikap, perilaku, dan tindakan, serta melatih siswa menjadi manusia yang bermoral, berkemampuan dan berguna bagi tanah air dan bangsa.Â
Guru yang baik adalah guru yang mempunyai ciri-ciri kepribadian. Guru yang profesional tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik sesuai perannya sebagai pendidik. Selain sebagai pendidik, guru juga berperan lain dalam proses pengajaran, yaitu motivator, evaluator dan fasilitator.Â
Guru dalam proses pembelajaran harus mempunyai kemampuan untuk memodifikasi keterampilan yang akan diajarkan agar sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Motivasi belajar merupakan "penggerak yang memungkinkan siswa belajar" (Hamalik, 2013: 126). Mengingat pentingnya motivasi dalam mengajar siswa, maka siswa harus mempunyai motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan belajarnya.Â
Menurut Budiono (2016:53), motivasi belajar yang tinggi mendorong siswa untuk meningkatkan minatnya terhadap mata pelajaran karena motivasi sangat penting bagi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Jika seseorang termotivasi penuh untuk mempelajari sesuatu, maka kemungkinan besar hasilnya akan baik, namun jika seseorang tidak cukup termotivasi untuk belajar.Â
Sadiman mengatakan bahwa motivasi kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan penggerak kegiatan belajar dalam diri siswa, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga mencapai tujuan yang diharapkan oleh subjek belajar.Â
Namun, menurut hasil penelitian Fyan dan Maehr (Suprijono, 2012), ternyata faktor yang paling memengaruhi hasil belajar kelas siswa adalah motivasi belajar.Â
Motivasi belajar merupakan faktor internal yang fungsinya membangkitkan, menunjang dan mengarahkan tindakan belajar Ahmadi & Supriyono (2012). Motivasi dapat dinyatakan sebagai keseluruhan daya penggerak kegiatan belajar dalam diri siswa, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan terhadap kegiatan belajar sehingga tujuan yang diharapkan oleh mata pelajaran belajar dapat tercapai, Sardiman (2010).Â
Namun kenyataan menunjukkan, bahwa setelah kegiatan mengajar selesai, masih terdapat siswa yang gagal menguasai ilmu yang telah dipelajarinya dengan baik, dan nilai atau hasil belajarnya lebih rendah dibandingkan sebagian besar siswa di kelas.
Salah satu hal yang dianggap penting dalam menunjang keberhasilan mengajar yaitu bagaimana seorang guru menggunakan teknik atau gaya mengajar.Â
Gaya mengajar dipandang sebagai dimensi atau kepribadian yang luas yang mencakup posisi guru, pola perilaku, modus kinerja, serta sikap terhadap diri sendiri dan orang lain. Penelope Peterson dalam Allan C. Ornstein (1990: 526) mendefinisikan gaya mengajar sebagai gaya guru dalam hal bagaimana guru memanfaatkan ruang kelas, pilihan kegiatan pembelajaran dari materi dan cara pengelompokkan siswa mereka (Majid, 2016: 273).Â
Dengan adanya teknik atau gaya mengajar di harapkan siswa dapat memahami dan menyerap informasi yang disampaikan pendidik atau guru. Walaupun gaya mengajar seorang guru berbeda antara yang satu dengan yang lain, namun mempunyai tujuan yang sama yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan, membentuk sikap siswa, dan menjadikan siswa terampil dalam berkarya.Â
Melalui gaya mengajar guru, siswa dapat menunjukkan ketekunannya dalam belajar dan mencapai ketuntasan belajar. Gaya mengajar seorang guru mencerminkan kepribadian guru yang sulit diubah karena merupakan bawaan atau warisan sejak kecil.Walaupun gaya mengajar seorang guru ini berbeda antara yang satu dengan yang lain pada saat proses belajar mengajar, namun mempunyai tujuan yang sama yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan, membentuk sikap siswa dan menjadikan siswa terampil dalam berkarya.
Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada metode mengajar guru atau metode yang digunakan guru dalam memberikan materi pembelajaran, hal ini sangat penting dalam proses belajar mengajar Slameto (2010).Â
Oleh karena itu, guru hendaknya mampu dan mau mengadopsi metode pengajaran yang lebih beragam untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap metode pengajaran kimia, sehingga siswa dapat memiliki kreativitas dan motivasi untuk belajar mandiri dan bekerja sama dengan siswa lain dalam pembelajarannya. Kelompok.Â
Dengan lebih memahami hubungan gaya mengajar guru dengan motivasi belajar siswa, diharapkan dapat memberikan wawasan berharga bagi guru dan pihak terkait untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dasar. Diharapkan dengan cara ini akan tercipta lingkungan belajar yang lebih positif dan memotivasi siswa, sehingga mereka dapat mencapai hasil yang lebih baik dan lebih menyadari potensinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan metode mengajar guru sekolah dasar dengan motivasi belajar siswa. SD Sukarasa menjadi sekolah tempat peneliti melakukan penelitian karena letaknya yang strategis dan dekat dengan rumah peneliti. Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut secara spesifik, peneliti menyebarkan kuesioner untuk mengetahui alasan mengapa siswa mengalami masalah. Permasalahan motivasi siswa juga mungkin disebabkan oleh gaya mengajar guru, sehingga peneliti menyebarkan kuesioner kepada beberapa guru di SD Sukarasa.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian Khuzaimah (2011:27) menyimpulkan bahwa gaya mengajar guru berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Demikian halnya hasil penelitian Huda (2015:1) menyimpulkan bahwa gaya mengajar guru berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Namun demikian, di sisi lain hasil penelitian Rajak, dkk. (2018:119) menyimpulkan bahwa gaya mengajar guru tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Artikel ini akan memberikan pemahaman lebih dalam mengenai peran penting guru dalam membentuk motivasi siswa sekolah dasar. Artikel ini akan memberikan pemahaman lebih dalam mengenai peran penting guru dalam membentuk motivasi siswa sekolah dasar. Selain itu, artikel ini juga akan memberikan saran dan saran praktis bagi guru dan pihak terkait untuk memperbaiki metode pengajaran agar lebih efektif merangsang motivasi belajar siswa.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan data numerik yang dapat diukur dan dianalisis secara statistik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan metode mengajar guru sekolah dasar dengan motivasi belajar siswa. Salah satu batasan penelitian ini adalah terfokus pada sekolah dasar di SD Sukarasa. Penelitian ini mencakup semua guru dan siswa yang ada di SD Sukarasa. Sampel penelitian akan dipilih secara acak dari populasi tersebut. Variabel terikat berupa motivasi belajar siswa, sementara variabel bebas berupa gaya mengajar guru. Guru dan siswa yang berpartisipasi dalam penelitian akan mengumpulkan data dengan mengisi kuesioner. Angket tersebut akan berisi pertanyaan-pertanyaan terkait metode mengajar guru dan motivasi belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Data Gaya Mengajar Guru dan Motivasi Belajar Siswa
No.
Variabel Penelitian
Frekuensi (N)
Persentasi (%)
1.
Â
Â
Â
2.
Gaya Mengajar Guru
Baik
Kurang Baik
Total
Motivasi Belajar Siswa
Tinggi
Rendah
Jumlah
Â
15
35
50
15
35
50
Â
30%
70%
100%
30%
70%
100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 50 siswa yang diteliti, sebagian besar siswa menyatakan gaya mengajar guru adalah kurang baik, yaitu sebanyak 35 siswa (70%), sedangkan siswa yang menyatakan gaya mengajar guru baik hanya sebanyak 15 siswa (30%). Selain itu, motivasi belajar siswa sebagian besar dinyatakan rendah, yaitu sebanyak 35 siswa (70%), dan hanya 15 siswa (30%) yang memiliki motivasi tinggi.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, ditemukan hubungan yang signifikan antara cara mengajar guru dengan motivasi belajar siswa di SD Sukarasa. Siswa yang mendapatkan pengajaran dari guru dengan cara mengajar yang baik cenderung memiliki motivasi belajar yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang mendapatkan pengajaran dari guru dengan cara mengajar yang kurang cenderung memiliki motivasi belajar yang rendah.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang menjelaskan: "Guru berperan penting dalam memotivasi siswa agar merasa puas dengan pelajaran yang diajarkannya, sehingga guru harus mengubah gaya mengajarnya agar pembelajaran dapat berubah. pembelajaran yang menyenangkan mengubah suatu mata pelajaran yang sering dicap sebagai aktivitas yang mempesona menjadi aktivitas pembelajaran menarik yang disukai siswa."
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data tentang hubungan gaya mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa di SD Sukarasa, dapat dilihat bahwa dari 50 siswa yang diteliti, mayoritas siswa (70%) menyatakan bahwa gaya mengajar guru di SD tersebut kurang baik. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan kualitas cara mengajar guru di SD tersebut. Selain itu, mayoritas siswa (70%) juga menyatakan bahwa motivasi belajar mereka rendah. Hal ini menunjukkan adanya tantangan dalam memotivasi siswa untuk belajar dengan lebih baik.
Dilihat dari gaya mengajar sebagian besar guru, gaya mengajarnya masih kurang baik. Hal ini terlihat dalam proses pengajaran dimana guru tidak selalu memberikan penekanan khusus pada materi yang dianggap penting. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa untuk memfokuskan siswa pada aspek penting atau kritis, guru dapat menggunakan penekanan verbal atau nonverbal. Guru perlu memberikan penekanan untuk memusatkan perhatian anak. Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut: mengharuskan anak untuk fokus, mengatur tekanan suara jika diperlukan perhatian, dan mendemonstrasikan pengetahuan/konsep penting dengan menekankan konsep-konsep penting dan mengulangi ekspresi.
Dalam proses mengajar, guru didorong untuk bergerak, bukan diam pada satu posisi, melainkan berpindah-pindah. Perubahan posisi ini berguna bagi guru agar tidak bosan dan perhatian siswa tidak monoton. Yang penting dalam berganti posisi adalah mempunyai tujuan, bukan sekedar ritme atau berlebihan.
Selain itu, sebagai guru yang profesional, saya berharap beliau dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru dianjurkan untuk menggunakan metode pengajaran yang bervariasi, tidak hanya terbatas pada metode pengajaran klasikal saja, tetapi juga metode pengajaran lainnya, salah satunya adalah metode pengajaran teknologi. Gaya pengajaran teknologi ini menyarankan agar guru harus mengandalkan berbagai sumber media yang tersedia, yang mungkin berupa media melihat, media mendengarkan, dan media taktis.
Semangat belajar siswa sebagian besar masih rendah, salah satu penyebabnya adalah gaya mengajar guru yang masih kurang baik dan belum menarik semangat belajar siswa. Rendahnya tingkat motivasi belajar siswa disebabkan oleh rendahnya faktor eksternal yang mendorong motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bagaimana hubungan motivasi ekstrinsik pada diri guru, yang tidak terlepas dari kualitas dan keragaman gaya mengajar guru. Hal ini diperkuat dengan temuan Irmalia Susi Anggraini yang menjelaskan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain kondisi dan suasana kelas, fasilitas perpustakaan yang digunakan siswa, kondisi lingkungan dan upaya belajar guru yang tidak dapat diprediksi. Hal ini terlepas dari kualitas guru dan metode atau gaya mengajar guru.
Penelitian ini menunjukkan adanya kesenjangan antara gaya mengajar guru dan motivasi belajar siswa di sekolah dasar ini. Dalam konteks ini, guru sekolah dasar harus memperhatikan metode pengajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam hal ini perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan strategi pengajaran yang lebih menarik, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan siswa. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan perlunya fokus pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi di kalangan siswa sekolah dasar. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, faktor-faktor seperti lingkungan belajar, dukungan sosial dan penghargaan terhadap prestasi siswa juga perlu diperhatikan. Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi perkembangan ilmu pendidikan dan memberikan implikasi praktis bagi guru sekolah dasar.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya mengajar guru sekolah dasar dengan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode mengajar guru yang baik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sedangkan metode mengajar yang buruk dapat menurunkan motivasi belajar siswa. Penelitian ini memberikan kontribusi penting untuk memahami hubungan antara metode mengajar guru sekolah dasar dan motivasi belajar siswa. Dengan memperbaiki metode mengajar guru dan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, diharapkan dapat tercipta lingkungan belajar yang lebih baik dan prestasi akademik siswa di sekolah dasar dapat ditingkatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H