Mohon tunggu...
Krisnawan Wisnu Adi
Krisnawan Wisnu Adi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Keterlibatan Masyarakat Sipil dalam Kampanye Lingkungan

9 Mei 2016   01:00 Diperbarui: 9 Mei 2016   01:03 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

            Kondisi pemanasan global yang semakin mengerikan menuntut manusia untuk mengusahakan tindakan yang tidak hanya berdasarkan jangka pendek saja, melainkan pengembangan tindakan global yang luas.  Hal ini mendorong terjadinya reorientasi upaya lingkungan global untuk mempercepat kecepatan dan ruang lingkup perubahan sosial. Komunikasi merupakan salah satu bagian penting dari proses ini.

            Brulle dalam tulisannya, berdasarkan pengamatan atas pendekatan komunikasi dari ecoAmerica dan Lakoff, mencoba menjelaskan bahwa kampanye identitas yang didasarkan atas pesan lingkungan, akan lebih efektif jika dikembangkan melalui penerapan ilmu kognitif dengan pakar komunikasi. Dasar kognitif yang terlalu eksklusif di dalam komunikasi lingkungan, memunculkan hambatan untuk menciptakan mobilisasi publik dalam proses perubahan sosial. , Pendekatan dengan kampanye identitas memang mampu mendukung perkembangan jangka pendek, akan tetapi mobilisasi skala besar untuk perubahan sosial dan ekonomi dalam upaya menanggapai pemanasan global justru menjadi poin yang tidak boleh dikesampingkan.

Dinamika Perubahan Sosial

            Kunci dari perubahan sosial skala besar terletak pada institusi masyarakat sipil. Masyarakat sipil terbentuk melalui institusi kesukarelaan yang eksis di luar kontrol langsung dari pasar serta negara. Independensi ini membentuk kunci kapasitas masyarakat sipil untuk perubahan sosial. Ini meletakkan masyarakat sipil pada pusat pembaharuan dan transformasi dari institusi sosial (Habermas, 1996: 365 dalam Brulle, 2010: 1). Insitusi masyarakat sipil melalui gerakan sosial mampu menciptakan keterlibatan semua individu dalam dialog publik antara masyarakat dan pemerintah. Dialog ini mengisyaratkan adanya ranah publik (public sphere). Ranah publik adalah saat di mana organisasi gerakan sosial mampu mengidentifikasi masalah, mengembangkan solusi yang memungkinkan, dan membuat tekanan politik untuk menghubungkan mereka dengan pemerintah konstitusional (Habermas, 1962; Habermas, 1998: 250 dalam Brulle, 2010: 2).

            Struktur partisipatif sangat dibutuhkan dalam usaha menciptakan perubahan sosial jangka panjang. Namun, institusi ekonomi dan politik telah membatasi aksi dalam kisaran sempit. Mereka menggantikan koordinasi produksi dengan perspektif pasar dan negara. Aktivitas produktif diatur dengan mekanisme uang dan kekuasaan. Sementara itu, usaha untuk menanggapi kondisi lingkungan memerlukan mekanisme yang lebih dari perspektif pasar dan negara. Institusi masyarakat sipil merupakan kunci dalam usaha ini. Karena berbasis pada tindakan komunikatif, institusi masyarakat sipil merupakan alat untuk mengidentifikasi dan mengajukan aksi untuk menyelesaikan problem sosial dan lingkungan.

            Untuk menciptakan keterlibatan masyarakat sipil dalam tertib sosial, sistem simbolis cukup berperan penting. Erving Goffman mengembangkan gagasan ini dalam perspektif analisis frame. Frame merupakan skema interpretasi yang membantu aktor mereduksi kompleksitas sosio-kultural untuk menerima, menginterpretasikan dan bertindak dengan cara yang ampuh secara sosial (Goffman, 1974: 21 dalam Brulle, 2010: 2). Dengan berbagi pandangan dunia yang kolektif, pemahaman sama untuk melihat suatu masalah secara holistik akan terwujud. Selain itu, frame juga memiliki keterlekatan dengan relasi kuasa, dan otoritas penting aktor serta perspektif yang menunjukkan adanya arena frame untuk dipertimbangkan. Analisis arena frame fokus pada jaringan interaksi dan perjuangan politik serta kultural dalam aktor-aktor institusional pada praktiknya.

            Untuk memahami proses sosial dengan perubahan frame-nya, dibutuhkan kesadaran akan peran dari komunitas kritis dan gerakan sosial  yang membentuk hubungan vital antara kreasi dan advokasi dari ranah frame alternatif. Unsur alternatif dapat dipahami sebagai cara berpikir oleh kelompok kecil yang berbeda dari masyarakat umumnya tentang bagaimana melihat masalah. Mereka menawarkan frame yang berbeda dari frame dominan. Lalu gerakan sosial memainkan peran penting di dalam advokasi dan penerimaan frame baru ini, serta mengumpulkan kekuatan untuk menciptakan tekanan politik sampai pada implementasi perubahan institusional.

Strategi Pesan dari ecoAmerica dan Lakoff

            Dalam melakukan kampanye lingkungan, ecoAmerica dan Lakoff menggunakan pendekatannya masing-masing. EcoAmerica lebih menggunakan pendekatan pemasaran untuk mentransformasikan opini publik. Sedangkan Lakoff lebih menggunakan pendekatan berbasis identitas, yang memiliki inti progresif. Terlepas dari dua pendekatan itu, keduanya baik itu ecoAmerica maupun Lakoff memiliki inti yang sama yakni menggunakan komunikasi untuk mempengaruhi opini publik. Penelitian tentang kedua strategi pesan yang dilakukan, menunjukkan beberapa isu problematik.

a. Hubungan yang Diipertanyakan antara Environmentalisme dan Nilai Inti Progresif

            Strategi pesan yang dikembangkan oleh Lakoff berbasis atas kesatuan nilai progresif. Ia menganggap bahwa environmentalisme merupakan bagian dari inti progresif. Akan tetapi sebenarnya masih ada perdebatan ilmiah yang panjang mengenai hal tersebut. Lakoff meyakini bahwa harus ada strategi komunikasi inklusif yang menunjukkan kesatuan antara progresivisme dan environmentalisme. Gagasan ini belum memiliki bukti yang empiris. Maka masih muncul banyak pertanyaan mengenai pendekatan Lakoff tersebut.

b. Modernisasi Ekologis dan Kooptasi Environmentalisme

Pendekatan modernisasi ekologi didasarkan pada gagasan bahwa kerusakan lingkungan dapat diatasi melalui pandangan ke depan, perencanaan dan regulasi ekonomi, khususnya, teknologi baru yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus membatasi limbah (Schlosberg dan Rinfret, 2008 dalam Brulle, 2010: 5).  Meskipun pemikiran ekologis pada tahun 1960an dan awal 1970an telah mempertanyakan hegemoni ekonomi rasional, modernisasi ekologis telah mampu membungkus ulang isu lingkungan sebagai masalah ekonomi, teknis dan manajerial. Sehingga ketidakcocokan antara pemikiran ekologi dan ekonomi mampu diatasi. Secara umum modernisasi ekologi merupakan pendekatan untuk memperbaiki lingkungan melalui aspek politik dan ekonomi. Hal ini memunculkan kampanye lingkungan yang terbatas pada strategi jangka pendek.

c. Elit mengarahkan perubahan sosial dan ketidakberdayaan publik

            Baik itu ecoAmerica maupun Latkoff, yang telah menjadi konsultan sebuah perusahaan komunikasi Fenton, telah membangun pemahaman tentang pesan dalam komunikasi lingkungan. Keduanya telah membuat pesan komunikasi hanya sebatas produk yang disesuaikan untuk mempengaruhi opini publik. Lalu, komunikasi yang terjadi pun cenderung bersifat satu arah. Masyarakat hanya dijadikan sebagai objek yang dimanipulasi dan dikontrol. Strategi yang digunakan oleh ecoAmerica dan Latkoff adalah sama, yakni top-down.

d. Framing tanpa Mobilisasi

            Pendekatan intelektual dari ecoAmerica dan Lakoff hanya terbatas pada ilmu kognitif dan psikologi. Perubahan kultural menjadi dilihat sebagai sesuatu yang terpisah dari relasi ekonomi dan politik. Padahal, strategi retoris yang efektif harus memiliki keterkaitan dengan strategi politik yang melibatkan aktivitas akar rumput sebagai dasarnya.  Framing tidak hanya melulu berpusat pada pesan yang akan disampaikan untuk membentuk opini publik, melainkan juga membangun dasar dan mempertanyakan hegemoni yang ada.

            Sayangnya, pendekatan top-down oleh Lakoff dan ecoAmerica tidak mengakomodasi terjadinya opini publik melalui debat publik. Pendekatan ini hanya berbau teknis periklanan massa. Proses jangka panjang sangat dibutuhkan untuk menciptakan dialog publik, bukan sekedar kampanye berbelit.

            Kampanye mobilisasi politik akan lebih efektif jika melibatkan masyarakat sipil dalam dialog yang berkelanjutan dari pada hanya melihat masyarakat sebagai objek manipulasi opini publik. Perwujudan demokrasi politik adalah dengan mempraktekkan demokrasi politik, yang tidak hanya melalui advokasi para ahli.

Komunikasi untuk Keterlibatan Masyarakat

            Masalah dari gerakan lingkungan saat ini adalah menyempitnya ruang publik dan pemahaman yang terbatas mengenai kepentingan umum. Maka, Luke menyarankan agar dalam gerakan lingkungan masyarakat harus dilibatkan secara aktif dalam rangka menyeimbangkan tatanan sosial dan ekonomi dengan kebutuhan manusia dan alam. Gamson dan Ryan (2005: 15) dalam Brulle (2010: 7) menyarankan komunikasi partisipatoris yang melibatkan pengembangan kapabilitas dari masyarakat untuk bertindak bersama-sama di dalam kontes framing.

            Ketika masyarakat disajikan dengan berbagai informasi lingkungan, sebenarnya ada dorongan untuk melakukan tindakan perubahan dari pada hanya pasif menerima informasi. Komunikasi lingkungan butuh untuk lebih mengarah pada pengembangan prosedur pesan yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perkembangan kebijakan, dari pada hanya sebagai alat bagi para elit politik.

            Dalam pembuatan keputusan tentang lingkungan, terdapat strategi pendekatan yang komperehensif, yakni analisis deliberasi. Sebuah metode demokratis untuk pengembangan kebijakan pemerintahan yang menyadari adanya hubungan antara rasionalitas sosial dan keterlibatan publik. Bahkan, secara ilmiah sudah terdapat aspek teknis, normatif dan estetis dalam proses pembuatan keputusan. Pendekatan ini mampu mendukung usaha mewujudkan keterlibatan masyarakat dalam komunikasi lingkungan.

            Unruk membangun partisipasi publik, perlu adanya retorika yang mampu menanamkan harapan indah sekaligus resiko kepada masyarakat. Tujuannya adalah agar mereka memiliki kesadaran bersama secara kolektif untuk berperan aktif dalam kondisi lingkungan saat ini.

Kesimpulan

            Untuk mencapai usaha dalam menanggapi kondisi lingkungan jangka panjang, sangat diperlukan keterlibatan masyarakat sipil dalam proses diskusi yang demokratis. Kerja sama antara kelompok intelektual dan publik menjadi poin penting yang juga harus dilakukan dengan komunikasi dua arah. Dialog publik menjadi lebih penting dari pada sekedar strategi pesan yang hanya terbatas pada kepentingan pasar dan kekuasaan.

Referensi

            Brulle, Robert J. 2010. From Environmental Campaign to Advancing the Public Dialoge: Environmental Communication for Civic Engagement. Environmental Communication      (4)1.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun