Sewaktu kuceritakan ke teman 'nasib' gadget ku, ternyata Aku bertemu orang yang tepat, Aku bertemu dengan orang yang senasib denganku.Â
Hanya satu kesimpulan, memang sudah harus lembiru, sebagaimana sudah berkali-kali dikomentari temanku yang lain, kalau gadget memang sudah harus 'lem biru', lempar beli yang baru, untuk komentar ini sering memang aku aamiinkan.Â
Sekembali ke rumah, dari berkegiatan semenjak pagi, terasa badan ini cukup letih perlu untuk diluruskan beberapa saat, bukan karena badanku 'berkelok-kelok', sebagaimana dulu pernah dikomentari buah hatiku.
Sewaktu Aku keletihan dan ingin istirahat dengan mengatakan, " Ummi ingin meluruskan badan", dengan spontan si gadisku berkata, " Emang badan Ummi berkelok-kelok", katanya, suatu komentar yang benar-benar di luar dugaan dan membuatku senyum sambil menahan tawa.Â
Setelah sejenak istirahat, kembali Kuingat akan si gadget dan kabar yang tersaji didalamnya. Tetapi dia tidak kutemukan dalam tas yang tadi Ku bawa ke apangan, terus kucari-cari kian kemari, bahkan juga Kutelpon dengan seluler pakai gadget suami, meski beberapa waktu lalu dengan cara ini tidak berhasil, tetap saja Kucoba.Â
Apalah daya, ternyata si gadget memang sudah tidak lagi Kutemukan, 'penderitaanya' di akhiri oleh Allah Sang Maha Penyayang dengan hilangnya dia dariku. Karena andaikan saja dia masih bersamaku entah berapa lama, berapa panjang lagi 'berat' yang akan menimpanya.Â
Allah punya cara sendiri, untuk mengakhiri derita gadgetku, karena dengan kondisi keuangan akhir-akhir ini, rasanya tidak mungkin untuk bisa membeli si gadget baru.Â
Sadar dalam diriku langsung bekerja, Aku harus secepatnya menyesuaikan diri tanpa gadget, belajar menikmati, kian kemari dengan berjalan kaki, karena Aku sudah tidak bisa lagi menelpon ibu tukang ojek langgananku, juga menelpon suami, untuk minta tolong dijemput.Â
Kebetulan Aku pulang berkegiatan selama beberapa bulan ini pada sore hari, berangkat harus berpanas-panasan siang bolong berjalan kaki sambil 'belajar menikmati', itung-itung anggap saja olah raga.Â
Belajar menikmati 'sulit' memang tidak mudah, tapi sebetulnya adalah sebuah keharusan bagi siapa saja yang belajar sadar. Aku memaksa diri untuk bisa lulus dengan nilai terbaik melewatinya, sebuah tekad yang pembuktiannya seiring berjalannya waktu.Â
Sesampai di tempat kerja, rekan kerjaku bertanya, apakah Aku ada mengikuti sebuah kegiatan dihadiri pejabat daerah yang juga melibatkan seorang siswa yang sebelumnya sudah dipilih.Â