Mohon tunggu...
Afif A. Luqmana
Afif A. Luqmana Mohon Tunggu... Karyawan -

Tidak pergi namun tidak ada disini

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Rendezvous in Batavia: Menyusuri Kembali Ingatan Kolonial

27 Oktober 2015   14:09 Diperbarui: 18 April 2016   16:34 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Salah satu poster yang terdapat di Museum Pulau Onrust | dokpri"][/caption]

“The worst thing that colonialism did was to cloud our view of our past”.

Begitulah salah satu kutipan dari Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama dalam bukunya yang berjudul Dreams from My Father: A Story of Race and Inheritance. Ya, hal terburuk yang kolonialisme lakukan adalah mengaburkan pandangan dan konsepsi kita terhadap masa lalu, hingga buta pada akhirnya. Disini, proses mencipta dan memberikan makna simbolis terhadap hal yang telah lalu menjadi hal yang penting, sebagai prasyarat untuk terbentuknya sebuah ingatan. Ingatan yang digunakan untuk merekonstruksi sebuah kejadian di masa lalu; membuatnya sebagai pijakan masa kini; dan menjadikannya titian untuk masa depan yang lebih baik.

Kami mendapat kesempatan untuk kembali menelusuri sisa-sisa simbol masa lalu dalam acara blogtrip yang diadakan Kompasiana bersama Kementerian Pariwisata pada tanggal 24-25 Oktober lalu. Napak tilas ini diikuti oleh 19 peserta dan diadakan di Kawasan gugusan Kepulauan Seribu. Peserta diajak untuk menjelajahi beberapa pulau; sembari merasakan kembali atmosfer masa kolonial.

[caption caption="Berangkat dari dermaga 15, Marina Ancol | dokpri"]

[/caption]

Kepulauan Seribu merupakan kawasan yang terletak di utara Jakarta yang terdiri dari gugusan kepulauan dengan karakteristik pariwisata yang berbeda, yaitu: Wisata Bahari, Sejarah dan Konservasi. Pulau yang memiliki potensi kepariwisataan bahari terdapat pada sebagian besar pulau di gugusan Kepulauan Seribu, namun terfokus pada pulau dengan jumlah pengunjung yang banyak, antara lain: Pulau Harapan, Tidung, Pari, Pramuka dan Untung Jawa. Wisata sejarah dapat kita temui di Pulau Onrust, Cipir, Bidadari dan Kelor. Sedang di Pulau Rambut, Sepa dan Bokor, kita dapat menjelajahi wisata konservasi flora dan fauna. Dari sini dapat kita lihat bahwa Kepulauan Seribu mempunyai potensi yang besar sebagai Kawasan Pariwisata Terpadu, yang akan semakin memperkaya khazanah Pesona Indonesia

[caption caption="Peta kuno pulau disekitar Teluk Jakarta | dok Chandriyan Attahiyat"]

[/caption]

Eksplorasi kami mulai pada Sabtu pagi, 24 Oktober 2015 dengan titik keberangkatan Dermaga Marina nomor 15, Ancol. Setelah mendapat pengarahan dari Panitia, tepat pukul 10.30 WIB kami menuju ke Pulau Bidadari, sebagai basecamp sekaligus tujuan pertama rendezvous ini.

And here we go...

Pulau Bidadari

Setelah menempuh perjalanan 20 menit, tibalah kami di dermaga Pulau Bidadari. Pulau yang dulunya bernama Pulau Sakit ini mempunyai luas wilayah sekitar 6 hektar. Dulunya pulau ini dibiarkan dalam keadaan kosong, hingga diputuskan untuk dikelola sebagai resort pada tahun 1970. Karena alasan branding, maka pada tahun 1976, pulau ini berubah nama menjadi Pulau Bidadari.

[caption caption="Patung yang menjadi ikon Pulau Bidadari | dokpri"]

[/caption]

Tak jauh dari tempat reservasi, terdapat sebuah batu prasasti yang menceritakan bagaimana perkembangan pulau ini secara garis besar pada rentang abad 19 hingga tahun 1972; dari bagaimana pulau ini diperebutkan antara VOC (Belanda) dengan Britania Raya hingga bagaimana pulau ini ditetapkan sebagai situs cagar budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun