Mohon tunggu...
Nofail Hanf
Nofail Hanf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Nofail Hanf_20107030095. Selamat Membaca dan Semoga bermanfaat.

Jangan lupa tersenyum dan bersyukur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Hidup dari Penjual Bakso, Pandemi Menyatukan Saya

26 Juni 2021   02:36 Diperbarui: 26 Juni 2021   03:21 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi mall dan bandara kok dibuka, ramai pula, berdesak-desakan? Ya begitulah, Dek. Layaknya pacar. Pemerintah juga kadang sulit dimengerti maunya apa. Belum lagi komunikasinya yang berantakan, membikin kita yang di bawah makin bingung. Yang A bilang begini, yang B bilang begitu.

Perbincangan malam itu sungguh mengalir, hingga merembet pada bagaimana masing-masing suku kami melihat pernikahan. Namun, saya tak hendak membagikannya di sini. Saya masih trauma bicara yang begitu. Kamu gak usah tahu alasannya. Yang jelas, bukan karena saya lagi mengeja buku Sayap-Sayap Patah dari Kahlil Gibran. Bukan itu.

Malam itu, kami tertawa bersama. Menertawakan apa saja, meski gak lucu-lucu amat juga. Sepertinya, saya dan Mas Pandi sudah menjalani hubungan atau pertemuan yang tidak dijanjikan dan lagi kami punya masalah yang sama-sama berat. Dan bercerita adalah medium yang tepat. Pada akhirnya, bicara perihal hidup adalah tentang keberanian mengahadapi tantangan dan masalah.

Pertemuan kami, berakhir happy ending. Apa pasal? Saya mendapat pesan mendalam dari Mas Pandi sepupu saya, "Hidup itu soal bersyukur saja. Saya ini gak bermimpi jadi kaya, bisa memenuhi kebutuhan istri dan anak saja sudah cukup. Kekayaan seringkali membuat orang lupa. Teman saya banyak yang begitu. Lupa kalau 2,5 % hartanya itu ada hak orang lain."

Mas Pandi juga senang, karena malam itu. Saat saya pamit, saya memesan lagi untuk dibawa ke rumah buat oleh-oleh. Semoga laris.

Malam itu, saya makan bakso 10 ribu. untuk harga baksonya bermaca-macam, pertama, 5 ribu dapet yang kecil-kecil sebanyak 7 biji kedua, 8 ribu dapet yang kecil sebanyak 6 plus yang besar satu ketiga, 10 ribu dapet yang jumbo. Dan masih ada menu-menu lainnya untuk saranku apalagi untuk wilayah Ganding, Madura saya menyarankan belinya yang jumbo, tenang dipikiran kenyang diperut nan lezat apalgi dicampur dengan mi yoki. Itupun cukup untuk membuat saya ngantuk di atas motor. Namun, 10 ribu juga adalah harga yang teramat murah untuk sebuah pelajaran hidup. Saya adalah orang yang meyakini bahwa kebijaksanaan itu berserakan di mana saja. Sisanya terserah kita, mau memungutnya atau tidak. Mau belajar atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun