Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Keris "Empu Gandring"

16 Juli 2019   09:21 Diperbarui: 16 Juli 2019   09:48 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Api membara di atas tungku, asap dupa berterbangan liar kesana kemari menebar wewangian, keringat menetes di wajah sang empu yang nampak mulai keriput. 

Duh Gusti... 

Telu sasi berlalu, keris saketi belum juga rampung, bahan keras dari pecahan batu meteor tak mudah untuk ditempa, alot, sekeras hati sang pemesan Ken Arok. 

Siang malam tak henti-hentinya, palu bertalu-talu menghantam sebilah keris di atas landasan, percik bunga api terpencar membias dendam amarah. 

Murka sang durjana hasrat tak terpenuhi, terkapar bersimbah darah tak bernyawa, sang linuweh empu Gandring binasa di ujung keris buatan sendiri, celaka! 

Katiwasan... 

Keris dalam genggaman Ken Arok masih meneteskan getih segar, Sang Yang Dewata Agung menuturkan titah kepada sang empu, kutukan bagi 7 keturunan Ken Arok akan tewas di ujung keris. 

Singosari, 16 Juli 2019

@J.Barathan Adiraja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun