Api membara di atas tungku, asap dupa berterbangan liar kesana kemari menebar wewangian, keringat menetes di wajah sang empu yang nampak mulai keriput.Â
Duh Gusti...Â
Telu sasi berlalu, keris saketi belum juga rampung, bahan keras dari pecahan batu meteor tak mudah untuk ditempa, alot, sekeras hati sang pemesan Ken Arok.Â
Siang malam tak henti-hentinya, palu bertalu-talu menghantam sebilah keris di atas landasan, percik bunga api terpencar membias dendam amarah.Â
Murka sang durjana hasrat tak terpenuhi, terkapar bersimbah darah tak bernyawa, sang linuweh empu Gandring binasa di ujung keris buatan sendiri, celaka!Â
Katiwasan...Â
Keris dalam genggaman Ken Arok masih meneteskan getih segar, Sang Yang Dewata Agung menuturkan titah kepada sang empu, kutukan bagi 7 keturunan Ken Arok akan tewas di ujung keris.Â
Singosari, 16 Juli 2019
@J.Barathan Adiraja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H