Berdirilah dihadapan cermin! Betapa ubanmu telah bermunculan. Tanda itu cukup kiranya bagimu sebagai pengingat. Justru engkau lari menghindar. Seakan tak ingin diingatkan oleh ubanmu. Lalu rambutmu kau semir menjadi hitam kembali.Â
Dunia ini dibangun di atas amal. Jika engkau beramal, engkau diberi upah pahala. Jika tidak, engkau tidak mendapatkan apa-apa. Dunia adalah ladang amal dan kesabaran dalam menghadapi bencana. Dunia merupakan rumah keletihan, sedangkan akhirat rumah untuk beristirahat.Â
Orang mukmin gemar bekerja keras hingga letih di dunia. Bekerja bukan untuk mengumpulkan kekayaan, tetapi sebuah pengabdian untuk Tuhannya. Ia letih di dunia, tetapi punya harapan kelak di akhirat dapat beristirahat dengan nyaman.Â
Renungkanlah!...Â
Rumah yang kau bangun megah, cepat atau lambat akan runtuh. Tubuh yang kau cintai dan kau rawat dengan mengeluarkan ongkos mahal, cepat atau lambat akan rusak dimakan belatung. Istri dan anakmu yang menyenangkan, akan kau tinggalkan. Berpisah dengan tangis dan air mata.Â
Dirimu menjadi hancur. Namamu dilupakan. Mau tidak mau engkau harus berpindah ke akhirat. Karna itu sebelum semua terjadi, pikirkanlah kepentingan akhiratmu sebelum terlambat.
Singosari, 1 Juni 2019
@J.Barathan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H