Hilir mudik Pramugari menawarkan sesuatu kepada para penumpang dengan ramah dan senyuman khasnya. Lima puluh menit kemudian temaram senja membiaskan warna jingga menghiasi langit sore, lampu-lampu di tepian pantai dan danau (Bendungan Batujai) berkelap-kelip, menghampar pemandangan yang indah dan memukau, seolah-olah menyambut kedatangan kami.Â
Kurang lebih pukul, 18.30 WITA (waktu Indonesia bagian tengah), pesawat mendarat, aku segera turun menuju pintu keluar untuk mencari Taxi. Tiba di Kota Selong Jl. Prof. M. Yamin 70, pukul 19.30 WITA, kurasakan suasana begitu lengang, dengan hati berdebar-debar kuucapkan salam, terdengar sayup-sayup balasan dari dalam dan pintu depan terbuka pelan.
Lega rasanya sampai di rumah dapat berkumpul kembali bersama orang tua dan seluruh saudara-saudaraku, walaupun masih terasa letih, aku kembali ceriah ditengah orang-orang yang kucintai. Cukup lama aku tak menjenguk orang tuaku, ketika kali terakhir aku pulang Bapak masih nampak sehat dan segar bugar. Kini Beliau terkulai lemah di pembaringan, keriput tulang pipinya dan pucat wajahnya menahan rasa sakit yang dideritanyanya. Dokter menyarankan (dengan kesepakatan dan alasan tertentu), sebaiknya Bapak dirawat dirumah saja sambil berobat jalan.
Ada sedikit kegembiraan terlintas di wajah Ayahku, ketika mengetahui aku pulang menjenguknya, walaupun kali ini aku datang hanya seorang diri. Suatu ketika ditengah malam, tiba-tiba Bapak memaksa untuk kembali kerumah sakit, kami jadi kelabakan dan segera menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan selama opname di rumah sakit.Â
Hanya menjalani dua hari perawatan di rumah sakit, Bapak minta dipulangkan, tak ada yang mengetahui jarum infus dicabut sendiri dari tangannya, boleh jadi beliau merasa sudah tak perlu lagi merepotkan orang lain. Sebelumnya, ketika seluruh keluarga berkumpul Bapak banyak bercerita tetang sepak terjang masa mudanya melawan Penjajah. Beliau juga sempat memberi petuah, nasehat dan do'a kepada anak dan cucunya yang setia menunggunya. Lima hari kemudian tepat diawal bulan puasa tanggal, 21 Juli 2012 , pulul 13.50 WITA. Bapak pergi meninggalkan kami semua, Innalillahi Wainnaillaihi Rojiun.
Sesungguhnya aku menangis sangat lama
Aku pendam agar engkau berangkat dengan tenang
Sesungguhnya aku merasa belum berbakti
Aku yakin engkau telah memaafkanku
Ayah aku berjanji akan ku kirimkan
Doa yang pernah engkau ajarkan kepadaku
Setiap sujud engkau hadir terbayang
Tolong bimbinglah aku meskipun kau disana
Ayah aku mohon maaf atas kekhilafanku
Baik yang aku sengaja maupun tidak
Tolong padangi kami dengan sinarnya sorga
Teriring doa selamat jalan ayah tercinta
Dan... "aku bangga jadi anakmu"
Â
Â