Mohon tunggu...
Hana Hilwa Medina
Hana Hilwa Medina Mohon Tunggu... Guru - Mom_Wife_Teacher

Mencari pelajaran dari yang terserak di depan mata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Efek Pandemi: Mampukah Sekolah Online Menggeser Sekolah Konvensional?

23 Juni 2021   23:11 Diperbarui: 23 Juni 2021   23:23 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Benar-benar perkembangan pendidikan yang menakjubkan!.


Melihat fenomena ini, lalu bagaimanakah dengan nasib sekolah konvensional? Apakah sekolah berbasis online mampu menggeser keberadaan sekolah konvensional? Yuk, kita ulas secara singkat di sini.  


Jika kita merujuk kepada tujuan  Pendidikan menurut UU. No. 20 Tahun 2003 tentang atau mengenai sistem pendidikan nasional pasal 3 dijelaskan mengenai tujuan pendidikan yaitu, mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman serta juga bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, cakap, berakhlak mulia, kreatif, mandiri dan juga menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.  

Dan untuk mencapai tujuan pendidikan tsb diperlukan sebuah subjek dan objek dalam sebuah pendidikan. Peserta didik adalah subjek utama dalam Pendidikan yang mutlak membutuhkan bimbingan. Bimbingan tersebut dapat diperoleh dari seorang guru.  


Di sisi lain kita juga perlu menengok kembali tentang aspek-aspek pendidikan. Dimana dalam proses pendidikan ada 3 (tiga) aspek yang harus dipenuhi guna tercapainya proses pendidikan bagi peserta didik, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotor (keterampilan). 

Dari sini kita bisa lihat, bahwa dalam proses Pendidikan, kita bukan hanya dituntut untuk bisa men'transver knowlegde (kognitif/pengetahuan) kepada peserta didik, tapi juga ada ranah afektif (penanaman dan pembiasaan sikap baik, akhlak dan budi pekerti serta pembentukan karakter). 

Selain itu juga ada ranah psikomotor (ketrampilan), dimana dalam prosesnya, siswa akan bersentuhan dengan interaksi sosial, dimana interaksi sosial kemanusiaan tidak tersedia dalam media online/virtual. Kalaupun dikatakan ada, tentu dengan jangkauan yang sangat terbatas. Di mana ketika sambungan jaringan internet terputus, maka terputuslah konektivitas interaksi sosial virtual. Maka fenomena "ghosting" pun tak luput dari kondisi belajar online. Dimana siswa "menghilang" di saat guru sedang asyik-asyiknya mengajar atau menjelaskan materi.


Nah, dari sisi inilah, akhirnya kita bisa melihat betapa sekolah konvensional dimana di dalamnya terbentuk komunitas sekolah yang terdiri dari teman sesama siswa, para guru, tenaga pendidik, pegawai sekolah hingga pegawai kebersihan, akan menjadi bagian dari proses belajar peserta didik dalam menempa dirinya menjadi manusia yang cakap. Bukan hanya cakap secara kognitif, tapi juga sikap dan sosialnya serta memiliki keterampilan yang baik. Dan hal ini belum tentu bisa ditemukan dalam sekolah berbasis online.  


Tulisan ini hanyalah sedikit ulasan singkat sebagai bahan pembanding beberapa konsep pendidikan yang berkembang saat ini. Baik yang rintisannya sudah dimulai sejak sebelum terjadinya pandemi, ataupun yang semakin berkembang sejalan dengan kondisi pandemi belakangan ini.


Apapun mentode Pendidikan yang dipilih, akan sangat tergantung pada penggunanya. Manakah yang paling sesuai dengan kebutuhan dan interestnya.  
Wallahu A'lam. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun