Mohon tunggu...
Noerlitasari
Noerlitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA PASCASARJANA IAIN LAA ROIBAA BOGOR

PENDIDIKAN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nasib Kurikulum Merdeka di Tengah Transisi Kepemimpinan

24 Desember 2024   15:01 Diperbarui: 24 Desember 2024   15:08 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dukungan infrastruktur dan pengembangan kapasitas guru tetap menjadi faktor kritis yang perlu mendapat perhatian khusus. Tanpa dukungan yang memadai, konsep sebaik apapun akan sulit diimplementasikan dengan efektif di lapangan. Oleh karena itu, fokus pada penguatan aspek-aspek fundamental ini seharusnya menjadi prioritas.

Peran teknologi dalam pendidikan juga semakin penting, terutama setelah pengalaman pembelajaran jarak jauh selama pandemi. Kurikulum Merdeka yang memberikan ruang untuk inovasi pembelajaran berbasis teknologi sebenarnya memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut dalam konteks ini.

Keterlibatan sektor swasta dan masyarakat sipil dalam mendukung implementasi kurikulum juga perlu diperkuat. Kolaborasi multi-pihak dapat membuka lebih banyak sumber daya dan inovasi untuk mendukung keberhasilan program. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa keterlibatan aktif berbagai pemangku kepentingan merupakan kunci keberhasilan reformasi pendidikan.

Aspek pemerataan akses dan kualitas pendidikan juga harus tetap menjadi perhatian utama. Kurikulum Merdeka seharusnya dapat menjadi instrumen untuk mengurangi kesenjangan pendidikan, bukan malah memperlebarnya. Oleh karena itu, strategi implementasi ke depan harus mempertimbangkan keragaman kondisi dan kemampuan sekolah di berbagai daerah.

Momentum transisi kepemimpinan ini juga bisa dimanfaatkan untuk memperkuat sistem monitoring dan evaluasi implementasi kurikulum. Data dan bukti empiris yang dikumpulkan dapat menjadi dasar untuk pengambilan kebijakan yang lebih tepat sasaran dan efektif.

Pada akhirnya, nasib Kurikulum Merdeka tidak semata-mata tergantung pada keputusan seorang menteri, tetapi juga pada komitmen dan dukungan seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Kontinuitas program dengan penyempurnaan bertahap tampaknya merupakan pilihan yang lebih bijak dibandingkan perubahan radikal yang dapat menimbulkan gejolak dalam sistem pendidikan.

Ke depan, yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu mendengarkan aspirasi dari lapangan dan mengambil kebijakan berdasarkan bukti dan data. Perubahan memang diperlukan, tetapi harus dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang pendidikan Indonesia yang terpenting adalah bagaimana menjaga agar proses pembelajaran tetap berjalan efektif di tengah berbagai perubahan kebijakan yang mungkin terjadi. Sekolah dan guru perlu didukung untuk tetap fokus pada tugas utama mereka dalam mendidik generasi penerus bangsa, terlepas dari dinamika politik dan pergantian kepemimpinan yang terjadi di tingkat atas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun