Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Nasi Timbel Bukan Arem-arem, Serupa Tapi Tak Sama

20 April 2016   20:18 Diperbarui: 20 April 2016   20:23 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Nasi timbel, nasi pedas dibungkus daun pisang seperti arem-arem. Sumber : dok.pri"][/caption]Tahun ajaran baru 2015/2016, setelah acara MOS siswa-siswi SMP N 2 Karanganyar, dilanjutkan dengan Persami. Kebetulan saat itu bulan Puasa. Saya jadi ikut berbuka puasa di sekolah tempat suami mengajar. Kebetulan buka puasa tersebut menunya adalah Nasi Timbel.

Awalnya saya tidak begitu memerhatikan menu dalam kotak. Akan tetapi ketika si kecil mulutnya kepedasan setelah makan nasi wujudnya seperti arem-arem, saya penasaran. Apakah benar nasinya pedas, atau thole hanya pura-pura saja? Saya mencicipi bungkusan serupa arem-arem tersebut. Ternyata pedas, pedasnya pakai banget. Pantas saja thole huhah-huhah terus. Saya memberikan makanan yang lain buat thole.

Setelah agak larut, saya diantar suami untuk pulang ke rumah. Suami sendiri kembali lagi ke sekolah karena memunyai tanggung jawab terhadap kegiatan Persami. Sampai di rumah thole langsung bleksek, angler (tidur nyenyak).

Saya mulai membuka lagi menu buka puasa, satu box yang masih utuh. Saya keluarkan isinya satu per satu dari wadahnya. Yang seperti arem-arem tadi namanya nasi timbel. Tahu tempe bacem, ayam goreng, gereh, lalapan, oseng daun kates, semangka, dan aqua gelas.

00000

Pagi tadi, saya berbincang-bincang dengan teman kantor. Biasa, ibu-ibu yang diobrolkan tentang makanan. Saya menyebut nasi pedas dibungkus seperti arem-arem tapi bukan arem-arem.

“Nasinya gimana sih? Penasaran aku,”tanya teman saya.

“Nasinya seperti arem-arem tapi pedas, ada sayurannya (kemangi), ada jagung manisnya, ada terinya.”

Pulang sekolah, saya mampir ke warung untuk membeli sayur. Suami mengirim pesan singkat,”mami, aku bawa nasi kesukaanmu.” Saya jawab, terima kasih.

Begitu sampai rumah, si kecil membukakan pintu.

“Mama tadi ke penitipan menjemput aku?”

“Tidak le, mama belum ke sana. Kamu sudah dijemput Ayah ta?”

Di dapur Ayah memberikan bungkusan tas plastic hitam.

“Ini kesukaanmu.”

Begitu saya buka, Alhamdulillah, Nasi Timbel. Ya, kata suami saya itu namanya Nasi Timbel. Nasi yang wujudnya seperti arem-arem tapi ukurannya besar. Di dalam kotak berisi Nasi Timbel, tahu tempe bacem, gereh, ayam goreng, sambal korek, lalapan, oseng daun kates, dan pisang.

Satu porsi Nasi Timbel cukup mengenyangkan perut. Nasi Timbel sangat pas bila disantap untuk makan siang. Kebetulan yang ini nasinya tidak terlalu pedas, tidak seperti saat Bulan Puasa dulu.

Saya sangat bersyukur mengenal kuliner yang satu ini di Kabupaten Karanganyar. Sebelumnya saya mengenal sambal tumpang juga di Karanganyar, beberapa bulan setelah saya menikah (tahun 1999).

Kalau Anda penasaran dengan Nasi Timbel, Anda bisa membuat sendiri.

Karanganyar, 20 April 2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun