Rabu, 2 September 2015
Hari ini saya memulai pagi dengan sukses. Faiq bisa berangkat sekolah pagi dan tidak ketinggalan bus. Faiz mau sarapan pagi dan tertib menyiapkan diri gak pakai rewel. Alhamdulillah, Allah memberikan kemudahan buat saya dan keluarga.
Sampai di sekolah, ada yang mengucapkan selamat ultah buat saya. Tapi sebagian menjadi bingung karena di dalam kelas XII yang diberi kejutan kue tart bukan saya melainkan teman saya, Ibu Sularmi. Ya, memang hari jadi kami sama. Biasanya kami patungan mengadakan syukuran. Tapi kali ini tidak.
“Sebenarnya yang ulang tahun siapa? Panjenengan atau bu Larmi?”
“Bu Larmi,”kata saya terkekeh.
Siang hari, teman-teman saya menagih untuk makan-makan. Tapi saya tidak memenuhi. Bukannya saya pelit dan bakhil. Hari Senin yang akan datang saya mengundang murid-murid saya untuk syukuran karena mereka “nodong” makan-makan sejak kemarin.
Ada yang bilang seharusnya saya lebih mementingkan guru-guru dan karyawan bukan malah murid-murid. Saya tidak mengomentari pendapat mereka. Bagi saya justeru anak-anaklah yang penting. Mengapa demikian? Karena murid-murid datang ke rumah saya, selain dengan saya mereka bersilaturahmi dengan keluarga kecil saya.
00000
Hari ini ada yang berbeda dengan cerita ultah saya. Banyak yang mendoakan saya. Yang lebih istimewa karena sebagian mereka mendoakan saya bisa berkarya dan terus berkarya (menulis) selain doa mendapatkan rezeki yang barokah. Inilah cerita saya di usia 29 tahun ke atas.
Di usia 29 tahun ke atas ini saya merasa masih banyak mimpi yang belum terwujud. Saya ingin mewujudkan mimpi-mimpi itu. Semoga Allah meridhoi usaha saya, amin.
Karanganyar, 2 September 2015