Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kejutan Lilin 29 Tahun ke Atas

2 September 2015   23:10 Diperbarui: 2 September 2015   23:10 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa, 1 September 2015

Hari Senin kemarin rencananya Faiq mau menjalani operasi atau bedah kecil. Sebenarnya Faiq sudah lama ingin menghilangkan benjolan kecil yang ada di bibir bawah bagian dalam. Benjolan kecil tersebut sering disebut mata ikan. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang bernama Human Papillomavirus (HPV). Selain menyerang pada bibir, mata ikan sering disebut kutil ini lebih banyak menyerang pada telapak kaki, sela-sela jari kaki atau tangan.

Menurut referensi yang pernah saya baca, mata ikan bisa dihilangkan secara alami. Faiq juga pernah mencobanya tapi belum menampakkan hasilnya. Kalau saya selalu menekankan pengobatan setiap penyakit dengan istighfar dan dzikir lalu introspeksi (mengoreksi diri) sambil minta kesembuhan dari Sang Pencipta. Tapi Faiq inginnya segera menghilangkan mata ikan itu. Saya tidak pernah memaksa. Kalau tidak mau dengan cara yang saya usulkan juga tak apa.

Jadilah hari Senin Faiq diantar ayahnya menuju RS PKU Muhammadiyah Karanganyar. Ternyata ada syarat yang belum dipenuhi, yaitu surat rujukan dari dokter keluarga. Maka malam ini Faiq diajak ayahnya untuk minta surat rujukan dari dokter keluarga, yaitu Bapak Wahyu Purwadi.

Selain minta surat rujukan, Faiq dan Faiz diajak Ayah ke warung mie Jawa atas undangan teman Ayah. Saya sendiri tinggal di rumah menyelesaikan tulisan yang akan saya posting di Kompasiana. Beberapa saat kemudian mereka pulang. Faiq mengulurkan bungkusan berisi bakmi godog kesukaan saya.

Di dalam kamar sekaligus ruang kerja saya, saya menikmati bakmi godog. Alhamdulillah, nikmat rasanya. Bakmi godog yang murah meriah dan bisa mengenyangkan perut saya. Ketika saya menikmati bakmi, Faiq masuk ke dalam kamar tempat saya makan dengan membawa roti tart. Masya Allah, terharu saya. Tak menyangka dapat kejutan dari anak-anak dan suami.

“Mami nggak usah nangis. Mami nggak usah terharu,”kata Faiq.

Ya Allah, saya belum mengingatnya karena hari jadi saya masih besok. Terlanjur saya ikut bahagia.

“Mami terharu. Tak menyangka sama sekali mendapat kejutan. Terima kasih.”

Setelah dipaksa meniup lilin dan mencicipi kue, saya menyelesaikan tulisan saya dan saya posting ke Kompasiana. Alhamdulillah, tulisan yang berjudul “Hidup Semurah Mungkin” dipilih admin masuk artikel pilihan. Ini kado buat saya dari Kompasiana.

00000

Rabu, 2 September 2015

Hari ini saya memulai pagi dengan sukses. Faiq bisa berangkat sekolah pagi dan tidak ketinggalan bus. Faiz mau sarapan pagi dan tertib menyiapkan diri gak pakai rewel. Alhamdulillah, Allah memberikan kemudahan buat saya dan keluarga.

Sampai di sekolah, ada yang mengucapkan selamat ultah buat saya. Tapi sebagian menjadi bingung karena di dalam kelas XII yang diberi kejutan kue tart bukan saya melainkan teman saya, Ibu Sularmi. Ya, memang hari jadi kami sama. Biasanya kami patungan mengadakan syukuran. Tapi kali ini tidak.

“Sebenarnya yang ulang tahun siapa? Panjenengan atau bu Larmi?”

“Bu Larmi,”kata saya terkekeh.

Siang hari, teman-teman saya menagih untuk makan-makan. Tapi saya tidak memenuhi. Bukannya saya pelit dan bakhil. Hari Senin yang akan datang saya mengundang murid-murid saya untuk syukuran karena mereka “nodong” makan-makan sejak kemarin.

Ada yang bilang seharusnya saya lebih mementingkan guru-guru dan karyawan bukan malah murid-murid. Saya tidak mengomentari pendapat mereka. Bagi saya justeru anak-anaklah yang penting. Mengapa demikian? Karena murid-murid datang ke rumah saya, selain dengan saya mereka bersilaturahmi dengan keluarga kecil saya.

00000

Hari ini ada yang berbeda dengan cerita ultah saya. Banyak yang mendoakan saya. Yang lebih istimewa karena sebagian mereka mendoakan saya bisa berkarya dan terus berkarya (menulis) selain doa mendapatkan rezeki yang barokah. Inilah cerita saya di usia 29 tahun ke atas.

Di usia 29 tahun ke atas ini saya merasa masih banyak mimpi yang belum terwujud. Saya ingin mewujudkan mimpi-mimpi itu. Semoga Allah meridhoi usaha saya, amin.

Karanganyar, 2 September 2015

Tulisan ini juga tayang di:

Kejutan Lilin 29 Tahun ke Atas

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun