Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pencitraan Isteri Calon Kepala Sekolah

3 Juli 2015   20:32 Diperbarui: 3 Juli 2015   20:32 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ya, namanya juga calon kepala sekolah dan isteri calon kepala sekolah, maka adatnya juga berbeda. Kalau dulu Pak Jaka tidak pernah bersalaman pada pagi hari bila bertemu dengan banyak guru. Hanya guru tertentu yang disalami. Sekarang dengan semua guru bersalaman. Ehem, awal yang baik, batinku.

Demikian pula dengan Bu Tatik. Sekarang, setiap pagi Bu Tatik menyalami semua guru dan karyawan sekolah. Dulu, Bu Tatik bila liburan seperti ini jarang hadir pada jadwal piketnya. Sekarang setiap hari hadir. Aku membatin, awal yang baik. Semoga hal itu berlanjut terus. Tidak musiman. Bukan karena menjadi isteri calon kepala sekolah.

Aku kadang muak dengan sikap Bu Tatik yang berlebihan. Maka tak salah bila aku menyebutnya pencitraan isteri calon kepala sekolah. Bah!

Apa yang dilakukan Bu Tatik, menurut teman-teman adalah berlebihan. Dengan sinis mereka bilang pencitraan. Aku hanya menyebut dalam hati, dasar penjilat!

Memangnya kalau sok perhatian pada sekolah, teman-teman akan percaya? Suatu pagi Bu Tatik menyalami teman-teman guru dan menyapa,”Selamat pagi.”

Dasar temanku juga usil, dia menjawab,”Pagi kok diselamati. Mbok assalamualaikum.” Aku tersenyum.

Rasain lu, tidak pernah menyapa sekali menyapa kok ya tidak benar. Bu Tatik tersenyum. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk memberi tahu pada Bu Tatik tentang banyak hal, bermacam-macam. Biarlah waktu berlalu. Apakah kebiasaan baru ini terus berlanjut atau akan berhenti sampai di sini?

Kalau terus berlanjut berarti ada peningkatan. Tapi kalau berjalan beberapa hari lalu berhenti, itu namanya pencitraan. Walah, kok aku jadi ikut-ikutan perkataan orang ketika kampanye dulu. Ah, biarlah.

Pagi ini adalah rapat pembagian tugas mengajar. Ternyata jam mengajarku dipangkas. Kemudian jabatanku sebagai Kepala Laboratorium juga hilang. Aku hanya sebagai guru biasa dengan jam mengajar pas 24 jam.

Bagiku ini merupakan anugerah yang luar biasa. Dan aku harus masuk sekolah full, tidak diberi libur kelas sama sekali. Ketika aku bertanya pada wakil kepala sekolah bidang kurikulum, mengapa aku tidak diberi libur kelas barang sehari? Temanku bilang,”Tanya langsung ke Bapak Kepala Sekolah.”

Aku tak mau berdebat. Aku masih bisa bersyukur, Allah masih percaya padaku untuk mengamalkan ilmu. Lantas ke manakah jam mengajarku yang lain? Ternyata ada guru baru, masih familinya Pak Jaka yang mengajar beberapa jam dari jam mengajarku sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun