Saya berfikir, karena saya belum begitu memerlukan KTP maka saya setuju saja. Setelah itu saya diberi kertas kecil. Berkas-berkas yang saya bawa dari kecamatan dijadikan satu dengan kertas kecil nomer antrian.
“Ibu, tanggal 17 Juni nanti Ibu datang ke sini untuk cetak KTP. Nanti Ibu datangnya sekitar jam setengah dua siang agar tidak terlalu lama mengantri. Semua berkas dibawa pulang, ketika mau cetak diserahkan petugas.”
“Gih.”
Tak ada kata-kata lain selain mengiyakan. Saya keluar dari loket itu menuju ruang tunggu. Saya tidak langsung pulang. Saya mengamati aktifitas orang-orang di sekitar kantor dukcapil. Iseng-iseng saya bertanya pada salah satu orang yang mengantri.
“Mau mengurus apa Bu?”
“Mau membetulkan Kartu Keluarga. Bla-bla-bla.”
“Oh. Antri ya Bu.”
“Iya mbak. Tidak langsung jadi hari ini.”
Wah ternyata Ibu ini nasibnya sama dengan saya, mengantri beberapa hari. Lalu saya melihat seorang mbak cantik menuju tempat parkir memasukkan KTP ke dalam dompet. Saya menghampiri mbak cantik.
“Mbak buat KTP ya?”
“Iya.”