Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator - Operator Madrasah Tsanawiyah

Operator Madrasah : - Operator data EMIS (Education Management Information System) - Operator data Simpatika Kemenang - Operator E-RKAM BOS Kemenag - Operator Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus - Teknisi ANBK dari Tahun 2017 s.d sekarang (dulu masih UNBK namanya) Mencoba untuk menuangkan keresahannya melalui artikel di Kompasiana, tapi lebih banyak tema yang diluar dari konteks pekerjaan. More info: asharinoer9@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Timothy Ronald: Orang Kaya Nggak Ada yang Beli Nyicil, Karena Nyicil Itu Sistem yang Diciptakan Untuk Orang Menengah

22 Januari 2025   16:14 Diperbarui: 22 Januari 2025   16:14 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timothy Ronald | https://www.kompasiana.com/abudorasai

Banyak orang kelas menengah yang akhirnya "terjebak" gaya hidup konsumtif gara-gara cicilan ini. Misalnya, mereka merasa mampu beli mobil baru atau gadget canggih karena ada skema cicilan. 

Padahal, saat dicicil, total harga barangnya jadi lebih mahal karena ada biaya admin atau bunga terselip. 

Akhirnya, uang yang seharusnya bisa dialokasikan untuk hal produktif (seperti investasi atau dana darurat) malah habis untuk bayar utang.  

Maksud dari pernyataan Timothy ini sepertinya untuk menegaskan bahwa kelas menengah sering stuck di tempat. Mereka nggak bisa naik kelas jadi orang kaya karena terlalu sibuk bayar cicilan. 

Sistem ini membuat mereka seperti hamster yang terus lari di roda, kerja keras setiap bulan, tapi nggak punya sisa penghasilan untuk menabung atau investasi. Dalam jangka panjang, ini membuat mereka sulit untuk mencapai kebebasan finansial.  

Lalu bagaimana dengan inflasi? 

Apa yang Timothy bilang soal inflasi itu 100% nyata. Harga barang dan kebutuhan terus naik, tapi gaji orang rata-rata stagnan. 

Harga rumah, bahan makanan, atau biaya pendidikan terus melonjak, sementara cicilan juga terus berjalan. Ini membuat kelas menengah semakin tertekan dan hanya bisa "survive," bukan berkembang.  

Pandangan ini menarik karena membuat kita berpikir ulang soal kebiasaan finansial kita sendiri. Kadang, cicilan dianggap solusi praktis, tapi sebenarnya malah jadi beban. 

Apakah kita benar-benar butuh barang itu, atau kita hanya tergoda dengan promo cicilannya?

Selain itu, topik ini juga relevan karena menyentuh pola hidup generasi sekarang yang sering fokus pada konsumsi ketimbang investasi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun