Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Rezeki Nomplok: Berkah atau Beban bagi Orang yang Tidak Siap?

27 Desember 2024   08:33 Diperbarui: 27 Desember 2024   21:19 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau nggak punya kendali diri atau wawasan finansial yang cukup, rezeki nomplok ini bukannya jadi berkah, tapi malah membuat kita stres. 

Uang habis, masalah datang, dan yang tersisa hanya penyesalan. Jadi, punya banyak uang mendadak itu sebenarnya tantangan besar, terutama bagi yang tidak siap menghadapinya.

Rezeki nomplok itu sebenarnya bisa jadi pintu menuju hidup yang lebih baik, asal dikelola dengan bijak. Misalnya, uangnya dipakai untuk investasi jangka panjang seperti membeli properti, reksadana, atau bahkan memulai usaha. 

Dengan begitu, uang tersebut tidak hanya habis, tapi akan berkembang.

Disamping itu, rezeki nomplok juga bisa membantu memenuhi kebutuhan pendidikan, baik untuk diri sendiri maupun keluarga. 

Misalnya, bayar kuliah, ikut kursus skill baru, atau bahkan membiayai sekolah anak-anak di masa depan. Pilihan lainnya, uang itu bisa jadi "dana darurat" yang membuat hidup lebih tenang kalau ada situasi tak terduga seperti sakit atau kehilangan pekerjaan.

Intinya, kalau dikelola dengan benar, rezeki nomplok ini bisa jadi batu loncatan besar untuk mencapai kebebasan finansial atau hidup yang lebih stabil.

Tapi, rezeki nomplok juga punya sisi negatif kalau tidak dikelola dengan baik. Uang yang datang tiba-tiba sering membuat orang tergoda untuk belanja hal-hal konsumtif. 

Misalnya, beli gadget terbaru, pakaian branded, atau liburan mewah. Rasanya seperti membalas dendam atas semua keinginan yang dulu tertahan.

Disamping itu, banyak orang yang terjebak investasi bodong gara-gara kurang paham cara kerja keuangan. Uangnya tidak hanya habis, tapi malah jadi utang. 

Belum lagi tekanan sosial. Tiba-tiba ada teman lama yang minta dipinjami uang, atau keluarga besar yang menganggap kita "wajib" membantu mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun