Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Apakah "Skill Menjilat" Membenarkan Tujuan?

13 September 2024   14:35 Diperbarui: 15 September 2024   16:18 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, meski kelihatannya menguntungkan di awal, ini lebih seperti "jalan pintas". Hasilnya mungkin cepat, tapi sering tidak bertahan lama.

Meski di awal "skill menjilat" bisa bikin seseorang terlihat sukses, dampak negatifnya tidak bisa diabaikan, baik untuk individu maupun lingkungan kerja secara keseluruhan. 

Bagi si penjilat sendiri, lama kelamaan orang akan mulai sadar dengan perilakunya. Akibatnya, kepercayaan dari rekan kerja hilang. 

Orang-orang jadi enggan kerja bersama, karena tahu bahwa dia lebih suka menjilat daripada bekerja keras. Dalam jangka panjang, reputasi yang rusak ini bisa bikin susah untuk maju lebih jauh, karena sulit dipercaya lagi.

Bagi lingkungan kerja, dampak negatifnya lebih besar lagi. Pertama, moral tim bisa turun. Ketika orang yang "kerja jujur" lihat penjilat yang terus-terusan dapat promosi atau perhatian khusus, mereka jadi merasa usaha keras mereka tidak dihargai. Ini bisa membuat orang-orang kehilangan semangat, bahkan bisa menciptakan rasa iri dan frustrasi.

Selain itu, budaya kerja juga jadi tidak sehat. Alih-alih fokus pada kolaborasi dan kualitas kerja, orang-orang malah mulai ikut-ikutan "menjilat" supaya tak ketinggalan. Kantor yang harusnya jadi tempat kerja produktif malah berubah jadi ajang kompetisi tidak sehat untuk cari muka.

Apakah sukses yang didapat dengan cara menjilat benar-benar layak? 

Kalau dilihat lebih dalam, jawabannya sering kali tidak. Mungkin si penjilat bisa mencapai tujuannya, entah itu promosi, perhatian bos, atau posisi nyaman. Tapi, harga yang harus dibayar juga tidak murah.

Pertama, integritas si penjilat jadi taruhannya. Ketika seseorang lebih memilih jalan pintas daripada kerja keras dan jujur, dia secara tidak sadar melepaskan prinsip-prinsip etis yang seharusnya dijunjung tinggi. Mungkin di luar terlihat sukses, tapi di dalamnya, ada sesuatu yang hilang, seperti rasa bangga karena hasil kerja sendiri.

Selain itu, respect dari rekan kerja juga perlahan menghilang. Orang-orang di sekitar mulai melihat si penjilat dengan sinis, dan ini bisa membuat hubungan di kantor jadi dingin. 

Tidak ada yang suka kerja bersama orang yang manipulatif atau cari muka. Jadi, meskipun tujuan tercapai, si penjilat mungkin akan merasa terisolasi atau bahkan kehilangan dukungan dari kolega yang sebenarnya lebih penting dalam jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun