Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator - Operator Sekolah

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Senioritas dan Keengganan Berdiskusi: Sebuah Fenomena Budaya di Indonesia

12 Juli 2024   09:25 Diperbarui: 12 Juli 2024   21:56 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi senioritas. (Sumber Gambar: pexels.com/Keira Burton)

Hal yang sama juga terjadi di tempat kerja, di mana junior atau karyawan yang lebih muda lebih memilih setuju saja dengan atasan daripada memberikan pandangan yang berbeda, supaya tidak dianggap kurang ajar atau tidak menghormati.

Keinginan untuk menghindari konfrontasi juga membuat kita lebih memilih topik-topik aman yang tidak akan menimbulkan perdebatan. Akibatnya, banyak diskusi jadi dangkal dan tidak berkembang, karena semua orang berusaha menjaga suasana tetap harmonis dan nyaman. Padahal, diskusi yang mendalam dan penuh perbedaan pendapat sebenarnya bisa memperkaya wawasan dan menghasilkan solusi yang lebih baik.

Keengganan untuk berdiskusi yang berbobot sebenarnya punya dampak besar terhadap perkembangan pemikiran dan kualitas diskusi publik. Kalau kita terus-terusan menghindari diskusi mendalam atau topik kontroversial, pemikiran kita jadi tidak berkembang. 

Kita jadi kurang kritis dan tidak terbiasa melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang. Akibatnya, ide-ide inovatif dan solusi kreatif jadi jarang muncul.

1. Pengaruh terhadap Pendidikan

Di bidang pendidikan, keengganan berdiskusi ini bisa membuat siswa jadi pasif. Mereka cenderung menerima informasi apa adanya tanpa berani mempertanyakan atau mengeksplorasi lebih dalam. Padahal, kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih kompleks. Guru juga jadi kurang tertantang untuk mengembangkan metode pengajaran yang lebih interaktif dan mendorong siswa berpikir kritis.

2. Pengaruh terhadap Politik

Dalam politik, keengganan berdiskusi yang berbobot bisa menghambat proses demokrasi yang sehat. Warga yang enggan mengungkapkan pendapat atau terlibat dalam diskusi politik cenderung menerima saja apa yang diputuskan oleh pemimpin. Ini bisa mengurangi partisipasi aktif dalam proses politik dan membuat kebijakan yang dihasilkan kurang mencerminkan kebutuhan dan keinginan masyarakat. 

Selain itu, kurangnya diskusi yang mendalam juga bisa membuat isu-isu penting kurang dibahas secara komprehensif, sehingga solusi yang diambil mungkin tidak optimal.

3. Pengaruh terhadap Kehidupan Sosial

Dalam kehidupan sosial, kurangnya diskusi mendalam bisa membuat hubungan antarmanusia jadi kurang erat. Diskusi yang mendalam sering kali melibatkan berbagi pandangan dan pengalaman yang bisa memperkaya pemahaman kita tentang orang lain. Kalau kita terus-terusan menghindari topik yang mendalam, hubungan kita jadi dangkal dan kurang bermakna.

Secara keseluruhan, keengganan berdiskusi yang berbobot memliki dampak negatif yang cukup signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan. Untuk bisa maju dan berkembang, kita perlu lebih terbuka dan berani berdiskusi tentang topik-topik yang penting dan mendalam, meskipun itu berarti harus menghadapi perbedaan pendapat.

Budaya senioritas dan keengganan berdiskusi yang berbobot merupakan fenomena yang saling terkait di Indonesia. Untuk mendorong diskusi yang lebih terbuka dan mendalam, diperlukan perubahan budaya yang menghargai perbedaan pendapat dan mendorong komunikasi yang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun