Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator - Operator Sekolah

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Senioritas dan Keengganan Berdiskusi: Sebuah Fenomena Budaya di Indonesia

12 Juli 2024   09:25 Diperbarui: 12 Juli 2024   09:32 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi senioritas. (Sumber Gambar: pexels.com/Keira Burton)

Bagaimana Budaya Senioritas Mempengaruhi Cara Orang Berkomunikasi?

Budaya senioritas membuat kita jadi lebih hati-hati ketika berbicara, terutama dengan orang yang lebih tua atau punya jabatan lebih tinggi. Kita cenderung menghindari bicara blak-blakan atau memberikan kritik langsung karena takut dianggap tidak sopan atau malah jadi masalah. Akibatnya, kita jadi sering tidak berani mengungkapkan pendapat atau ide kita yang sebenarnya.

Empat Situasi di Mana Budaya Ini Terlihat Jelas:

1. Di Tempat Kerja

Bayangkan kalau ada rapat di kantor, biasanya yang berbicara banyak itu yang punya jabatan lebih tinggi atau yang lebih tua. Orang yang lebih muda atau posisi junior seringkali hanya mendengarkan saja, meskipun mungkin mereka punya ide bagus.

2. Di Keluarga

Kalau ada acara keluarga besar dan kita lagi ngobrol, biasanya yang lebih muda cenderung lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Apalagi kalau topiknya agak serius, pasti kita mikir dua kali sebelum berbicara yang bisa dianggap bertentangan dengan pendapat orang tua.

3. Di Sekolah

Saat di kelas, siswa sering ragu untuk bertanya atau mengungkapkan pendapat yang berbeda dari guru. Mereka lebih memilih diam atau ikut saja apa kata guru agar tidak dianggap kurang ajar.

4. Dalam Komunitas atau Organisasi

Di komunitas atau organisasi, keputusan sering diambil oleh yang lebih senior. Orang yang lebih muda atau baru biasanya lebih memilih ngikut aja daripada debat atau memberikan saran yang berbeda.

Budaya senioritas ini sebenarnya membuat komunikasi jadi kurang efektif karena banyak ide atau pendapat yang akhirnya tidak diungkapkan. Padahal, kalau bisa lebih terbuka, pasti banyak ide kreatif dan solusi baru yang bisa muncul.

Banyak orang Indonesia enggan berdiskusi tentang topik yang mendalam atau kontroversial karena takut menyinggung perasaan orang lain atau membuat suasana jadi tidak enak. Diskusi yang mendalam sering kali melibatkan opini yang kuat dan bisa menimbulkan perbedaan pendapat yang tajam. Karena kita cenderung menjaga keharmonisan dan menghindari konflik, diskusi yang berpotensi menimbulkan konfrontasi jadi dihindari.

Hubungan dengan Budaya Senioritas dan Keinginan Menghindari Konfrontasi

Budaya senioritas di Indonesia memperkuat keengganan ini. Kita diajarkan untuk selalu menghormati dan tidak menentang pendapat orang yang lebih tua atau senior. Jadi, kalau ada topik yang kontroversial atau mendalam, kita cenderung tidak mau mengungkapkan pendapat yang berbeda, terutama kalau itu bisa dianggap menentang orang yang lebih tua.

Misalnya, kalau lagi ada diskusi soal politik atau agama, banyak yang memilih untuk diam atau ikut aja apa kata orang yang lebih tua atau senior. Takutnya, kalau kita berbicara yang berbeda, kita bisa dianggap tidak sopan atau malah membuat mereka tersinggung. Hal yang sama juga terjadi di tempat kerja, di mana junior atau karyawan yang lebih muda lebih memilih setuju saja dengan atasan daripada memberikan pandangan yang berbeda, supaya tidak dianggap kurang ajar atau tidak menghormati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun