Mengapa Kita Marah?
Marah adalah salah satu emosi manusia yang paling kuat dan universal. Setiap orang pernah merasakannya, entah karena kekecewaan, ketidakadilan, atau ketidakpuasan. Namun, apa sebenarnya yang terjadi di balik perasaan marah?
Marah memainkan peran penting dalam interaksi sosial dan pengambilan keputusan. Dalam situasi tertentu, marah dapat memotivasi kita untuk bertindak atau melindungi diri. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, marah juga dapat merusak hubungan dan kesejahteraan kita.
Penelitian psikologi membantu kita memahami kompleksitas emosi ini. Dari perspektif psikologi, marah melibatkan reaksi biologis, kognitif, dan perilaku. Studi tentang marah membantu kita mengenali pola pikir dan strategi mengelola emosi ini.
Jadi, mari kita lanjutkan dengan menggali lebih dalam tentang penyebab dan dampak marah.Â
Marah adalah perasaan emosi yang muncul ketika kita merasa terancam, tidak puas, atau tidak setuju dengan suatu situasi. Ini adalah respons alami tubuh terhadap stimulus yang memicu ketegangan. Ketika marah, kita bisa merasakan detak jantung yang lebih cepat, ketegangan otot, dan perubahan hormon.
Perbedaan dengan Emosi Lainnya
Pertama, Marah vs. Kesal. Marah lebih intens dan melibatkan perasaan ketidakpuasan yang mendalam. Kesal lebih ringan dan mungkin hanya berlangsung sesaat.
Kedua, Marah vs. Sedih. Marah melibatkan perasaan ketidakpuasan terhadap situasi atau orang lain. Sedih lebih terkait dengan perasaan kehilangan atau kekecewaan.
Ketiga, Marah vs. Takut. Marah muncul sebagai respons terhadap ancaman atau ketidakadilan. Takut terjadi ketika kita merasa terancam oleh sesuatu yang belum terjadi.
Berikut adalah enam faktor yang dapat memicu kemarahan menurut ilmu psikologi:
1. Dampak dari Emosi
- Marah sering muncul karena persepsi ketidakadilan atau ketidakpuasan.Â
- Ketidakmenerimaan terhadap pengakuan atau hak yang seharusnya diterima juga dapat memicu marah.
2. Menyalahkan Orang Lain
- Menyalahkan individu lain seringkali menjadi pemicu marah
- Faktor eksternal dan perilaku sosial juga memengaruhi reaksi marah.
3. Tipe Kepribadian Tertentu
- Kepribadian, kurangnya ketrampilan penyelesaian masalah, dan efek hormon mempengaruhi marah.
- Kehadiran kondisi tidak menyenangkan juga memperkuat perasaan marah.
4. Penyebab dari Sekitar
- Pengasuhan negatif, situasi lingkungan (kemacetan, kebisingan), tekanan sosial, dan status ekonomi memengaruhi marah.Â
- Emosi negatif, terutama rasa tidak aman dan ketakutan, juga berkontribusi.
5. Rasa Rendah Diri
Individu dengan rasa rendah diri lebih mudah tersinggung dan cenderung marah.
6. Sikap Sombong
Sombong dapat memicu marah karena harapan yang berlebihan pada diri sendiri.
Ingatlah bahwa setiap orang memiliki respons yang berbeda terhadap faktor-faktor ini.Â
Ketika seseorang marah, tubuh mengalami berbagai perubahan fisik yang terkait dengan respons "fight-or-flight." Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Detak Jantung Meningkat
- Sistem saraf simpatis mengaktifkan detak jantung agar lebih cepat memompa darah ke otot-otot.
- Hormon epinefrin (adrenalin) juga berperan dalam meningkatkan detak jantung.
2. Pernapasan Cepat
Sistem saraf mengirim sinyal ke paru-paru untuk meningkatkan laju pernapasan.Ini memastikan lebih banyak oksigen masuk ke darah.
3. Peningkatan Tekanan Darah
Pembuluh darah menyempit, meningkatkan tekanan darah. Ini membantu memastikan pasokan darah optimal ke otak dan otot.
4. Peningkatan Kekuatan Otot
- Hormon kortisol memobilisasi energi dengan meningkatkan gula darah.
- Otot-otot siap untuk bertindak.
5. Pupil Memperlebar
Pupil mata membesar untuk meningkatkan penglihatan dan memperhatikan ancaman.
6. Sistem Saraf Simpatik Aktif
Sistem saraf simpatik mengendalikan respons "fight-or-flight."Ini mempersiapkan tubuh untuk menghadapi situasi stres.
Jadi, ketika marah, tubuh kita benar-benar berada dalam mode siaga!
Dan berikut beberapa tips untuk mengelola perasaan marah
1. Teknik Relaksasi
Pertama, Bernapas Dalam-Dalam. Ambil napas dalam-dalam melalui hidung, tahan sejenak, lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Ini membantu menenangkan sistem saraf.
Kedua, Meditasi atau Yoga. Latihan ini membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesadaran diri.
Ketiga, Berjalan atau Berlari. Aktivitas fisik membantu melepaskan ketegangan.
2. Komunikasi yang Efektif
Pertama, Dengarkan dengan Empati. Dengarkan apa yang orang lain katakan tanpa menginterupsi. Berusaha memahami perspektif mereka.
Kedua, Pilih Kata dengan Bijak. Hindari kata-kata kasar atau menyerang. Gunakan bahasa yang sopan dan konstruktif.
Ketiga, Jangan Menilai Terlalu Cepat. Berbicara dengan pikiran terbuka dan hindari mengambil kesimpulan sebelum mendengar seluruh cerita.
3. Menghindari Konflik
Pertama, Pilih Pertempuran Anda. Tidak semua masalah perlu dihadapi dengan marah. Pilih mana yang benar-benar penting.
Kedua, Jauhi Situasi yang Memicu Marah. Jika mungkin, hindari lingkungan atau orang yang membuat Anda marah.
Ketiga, Berbicara Setelah Tenang. Jangan bertindak impulsif. Berbicara setelah perasaan marah mereda.
Ingatlah bahwa mengelola marah adalah proses, dan setiap orang memiliki cara yang berbeda.Â
Jadi bagaimana? Sudah paham kan kenapa kita bisa marah-marah? Nah, intinya sih, marah itu wajar. Tapi, kalau dibiarkan kebablasan, bisa bikin runyam hidup kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI