Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator - Operator Sekolah

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Bukan Investasi Hari Tua, tapi Masa Depan yang Harus Diperjuangkan, Setuju?

19 Mei 2024   11:14 Diperbarui: 30 Mei 2024   14:21 2436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman sekarang banyak orang tua yang masih berpikir kalau anak itu seperti tabungan untuk hari tua mereka. Padahal, anak itu bukan hanya soal uang atau jaminan hidup kita ketika sudah tua nanti. Mereka itu masa depan yang harus kita bantu bentuk dan perjuangkan, agar mereka bisa menjadi orang yang mandiri dan sukses dengan caranya sendiri.

Jadi, bukan hanya soal ‘nanti siapa yang akan mengurus saya ketika saya sudah tidak bisa kerja lagi’, tapi lebih ke ‘saya harus berbuat apa supaya anak saya bisa punya masa depan yang cerah’.

Kita harus mulai berpikir bagaimana caranya mendidik anak dengan cara yang benar, memberikan mereka ilmu dan skill yang dibutuhkan untuk menghadapi dunia yang semakin kompetitif ini.

Intinya, mindset ‘anak sebagai investasi hari tua’ itu sudah tidak relevan lagi dan perlu kita update. Anak-anak harus kita lihat sebagai individu yang unik dan punya potensi yang harus kita dukung, bukan hanya sebagai ‘asuransi’ kita di masa tua.

Apa yang dimaksud dengan ‘investasi hari tua’ dalam konteks anak?

Istilah ‘investasi hari tua’ itu biasanya digunakan sebagai pemikiran yang menganggap anak itu seperti tabungan untuk masa tua orang tua mereka. Jadi, ada anggapan kalau punya anak itu bisa diandalkan untuk mengurusi dan menjamin kehidupan orang tua ketika mereka sudah tidak kerja lagi atau sudah pensiun.

Tapi, sebenernya ini mindset yang agak ketinggalan zaman. Maksudnya, zaman sekarang itu berbeda, anak-anak juga punya hidup dan mimpi mereka sendiri. 

Mereka tidak harus selalu jadi ‘tongkat’ untuk orang tua mereka di masa tua. Anak-anak harusnya dididik untuk menjadi pribadi yang mandiri, yang bisa berdiri di atas kaki sendiri dan sukses dengan usaha mereka sendiri.

Jadi, kalau kita berbicara ‘investasi hari tua’ dalam konteks anak, itu lebih ke arah pemikiran yang mengharapkan anak akan jadi penopang finansial atau semacam ‘asuransi’ untuk orang tua ketika mereka sudah tua.

Padahal, yang harusnya kita lakukan adalah mendukung anak-anak kita untuk menjadi the best version of themselves, bukan mengganggap mereka sebagai jaminan untuk masa depan kita. 

Mengapa pandangan ini perlu diubah? 

Mari kita berpikir ulang, apa iya itu adil untuk anak-anak kita? Masa depan mereka kok kita yang menentukan sih?

Zaman sekarang sudah berbeda, anak-anak harusnya kita didik agar dapat mengambil keputusan sendiri dan punya mimpi mereka sendiri. Bukan malah kita yang membebani mereka dengan ekspektasi atau harapan kita.

Mereka itu bukan hanya ‘tiket’ untuk kita tenang di hari tua, tapi mereka punya hak buat mengejar cita-cita dan kebahagiaan mereka sendiri.

Nah, maka dari itu, mindset ‘anak sebagai investasi hari tua’ ini perlu kita pertimbangan ulang. Kita harus mulai melihat anak sebagai masa depan yang harus kita dukung dan perjuangkan. Bukan hanya soal uang, tapi soal bagaimana kita bisa bantu mereka menjadi orang yang benar-benar siap menghadapi tantangan zaman.

Mari kita bahas perbedaan antara pemahaman tradisional dan modern tentang peran anak, plus dampaknya untuk anak dan orang tua.

1. Pemahaman Tradisional

Jaman dulu, anak dianggap sebagai ‘tabungan’ untuk masa tua. Orang tua berpikir, “Nanti kalau saya udah tua, anak-anak yang akan menanggung hidup saya.”

Anak-anak sering diarahkan untuk memenuhi ekspektasi orang tua, baik itu soal karir atau bahkan soal pilihan hidup pribadi, seperti jodoh misalnya. 

Dampaknya, anak bisa jadi merasa terbebani dan tidak bebas mengembangkan diri mereka sendiri. Orang tua juga bisa jadi terlalu bergantung kepada anak dan lupa untuk menyiapkan masa tua mereka sendiri.

2. Pemahaman Modern

Sekarang, anak lebih dianggap sebagai individu yang punya hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri.

Orang tua zaman now lebih fokus ke bagaimana caranya mendukung anak agar menjadi mandiri dan sukses dengan cara mereka sendiri.

Dampak positifnya, anak jadi lebih bebas untuk mengejar passion dan cita-cita mereka. Orang tua juga jadi lebih siap menghadapi masa tua dengan cara yang lebih mandiri.

Jadi, intinya, pemahaman modern itu lebih ke arah saling dukung dan kemandirian, daripada hanya mengandalkan satu sama lain. Anak-anak jadi bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mandiri, sementara orang tua juga bisa menikmati masa tua dengan tenang karena sudah menyiapkan segalanya dari awal. 

Pentingnya mendidik anak untuk menjadi individu yang mandiri

Anak-anak itu harusnya kita didik bukan hanya untuk sukses di sekolah atau dapat nilai bagus saja, tapi lebih dari itu. Kita harus mengajarkan mereka untuk bisa berdiri di atas kaki sendiri, mengambil keputusan sendiri, dan menghadapi masalah dengan kepala dingin.

Nah, ini membawa kita ke konsep growth mindset. Growth mindset itu mindset yang percaya kalau kemampuan itu bisa berkembang terus menerus melalui belajar dan usaha.

Jadi, anak-anak yang punya growth mindset itu tidak akan gampang menyerah jika ada kesulitan. Mereka akan melihat kesulitan itu sebagai kesempatan untuk belajar dan jadi lebih baik.

Kita sebagai orang tua atau pendidik, harus bisa memberikan contoh dan dukungan terhadap anak-anak kita untuk punya growth mindset. Misalnya, kalau anak kita gagal atau jatuh, kita tidak langsung marah atau kecewa, tapi kita ajak mereka untuk mengerti apa yang bisa dipelajari dari pengalaman itu. Kita harus mengajarkan mereka untuk bangkit lagi dan coba lagi dengan cara yang lebih baik.

Dengan cara memberikan dukungan untuk mereka punya growth mindset, kita sebenarnya sedang membantu mereka untuk siap menghadapi masa depan. 

Masa depan itu penuh dengan ketidakpastian dan tantangan, dan anak-anak yang mandiri dan punya growth mindset itu akan lebih siap untuk menghadapi itu semua.

Tanggung Jawab Orang Tua

Jadi, sebagai orang tua, kita itu punya peran yang besar dalam mendukung masa depan anak-anak kita. Bukan hanya soal menyediakan makan dan tempat tinggal, tapi lebih ke investasi emosional dan pendidikan yang benar-benar penting.

1. Investasi Emosional

Ini soal bagaimana kita sebagai orang tua bisa memberikan dukungan, kasih sayang, dan perhatian yang cukup ke anak-anak kita.

Kita harus bisa mendengarkan mereka, mengerti masalah yang mereka hadapi, dan bantu mereka menghadapi tantangan-tantangan hidup.

Dengan investasi emosional yang kuat, anak-anak jadi lebih percaya diri dan merasa dihargai.

2. Pendidikan sebagai Prioritas

Pendidikan itu kunci untuk masa depan yang cerah. Jadi, kita harus memastikan anak-anak kita dapat akses pendidikan yang berkualitas.

Tapi, pendidikan yang dimaksud bukan hanya soal sekolah formal saja. Ini juga tentang mengajarkan nilai-nilai hidup, etika, dan cara berpikir yang kritis.

Kita harus bisa memberikan contoh yang baik dan mengajarkan mereka skill-skill yang mereka butuhkan untuk sukses di masa depan.

Jadi, sebagai orang tua, kita harus bisa balance antara kasih sayang dan dukungan emosional, dengan pendidikan yang berkualitas. Kita harus menjadi tempat curhat yang aman untuk anak-anak, sekaligus jadi guru yang bisa mengajarkan mereka hal-hal penting dalam hidup.

Intinya, kita harus all-out untuk investasi di masa depan anak-anak kita. Bukan hanya soal uang, tapi lebih ke bagaimana kita bisa bantu mereka menjadi orang yang mandiri, kuat, dan siap hadapi dunia. Kita tidak hanya memberikan mereka sayap, tapi juga mengajarkan mereka cara untuk terbang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun