Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mindset Banyak Anak Banyak Rezeki, Apakah Masih Relevan di Era Modern?

14 Mei 2024   08:58 Diperbarui: 14 Mei 2024   08:59 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah dengar pepatah lama yang bilang “banyak anak banyak rezeki”? Nah, ini sepertinya sudah menjadi semacam motto bagi beberapa keluarga zaman dulu. Mereka sangat percaya kalau punya anak itu ibarat menabur benih rezeki yang akan tumbuh subur. Orang-orang tua kita dulu menganggap bahwa makin banyak anak, makin banyak pula keberkahan yang akan datang ke rumah.

Tapi, di era yang serba canggih dan penuh tantangan ini, masih relevan kah pemikiran semacam itu? 

Padahal kan zaman sekarang itu berbeda, bukan hanya soal menambah anggota keluarga, tapi juga bagaimana caranya agar setiap anak itu bisa tumbuh sehat, cerdas, dan bahagia. Apalagi, dengan segala biaya hidup yang semakin naik, pendidikan yang semakin mahal, dan lingkungan yang semakin kompetitif, jadi orang tua itu harus mikir seribu kali untuk menambah anggota keluarga. 

Bagaimana konsep ini diterapkan di masa lalu?

Jaman dulu, orang-orang punya cara pandang yang berbeda soal keluarga. Mereka itu sangat yakin kalau punya anak itu sama saja dengan menambah sumber rezeki. Setiap ada bayi yang lahir, itu dianggap seperti rezeki yang datang dari langit. Maka dari itu, tidak heran kalau keluarga-keluarga jaman baheula itu punya anak banyak.

Nah, konsep ini bukan hanya soal jumlah saja, tapi juga soal nilai-nilai yang dibawa dengan anak-anak tersebut. Mereka dianggap bisa membawa berkah, kebahagiaan, dan juga harapan baru untuk keluarga. Plus, makin banyak anak, makin banyak tangan yang bisa membantu kerja di sawah, di rumah, atau di mana pun itu. Jadi, semacam investasi jangka panjang. 

Tapi, tentu saja, ini semua berjalan mulus kalau kondisi ekonomi dan sosialnya mendukung. Zaman dulu, hidup itu lebih sederhana, kebutuhan hidup tidak sekompleks sekarang, dan yang penting, komunitas itu saling bantu-membantu. Jadi, punya banyak anak itu dianggap sebagai aset, bukan beban.

Bagaimana perubahan sosial dan ekonomi mempengaruhi relevansi konsep ini? 

Zaman sekarang itu sudah sangat jauh berbeda dari jaman nenek moyang kita. Kalau dulu, punya anak banyak itu dianggap sebagai berkah dan jaminan masa depan, sekarang malah bisa jadi tantangan tersendiri. Kenapa? Karena dunia kita ini sudah berubah. 

Pertama, dari segi ekonomi, biaya hidup itu sudah naik drastis. Dari mulai biaya makan, sekolah, sampai biaya main, semuanya butuh uang yang tidak sedikit. Jadi, punya anak banyak itu artinya harus siap dengan biaya yang lebih besar lagi.

Kedua, soal sosial. Sekarang orang lebih berpikir kualitas daripada kuantitas. Maksudnya, daripada punya banyak anak tapi tidak bisa kasih mereka pendidikan yang layak, lebih baik punya sedikit tapi bisa didik mereka dengan baik. Plus, orang tua jaman now juga ingin menyempatkan spend time yang berkualitas dengan anak-anaknya, bukan cuma sibuk kerja terus.

Dan tidak lupa juga soal lingkungan. Semakin banyak penduduk, semakin banyak juga tekanan yang kita kasih ke Bumi kita yang sudah tua ini. Jadi, banyak yang berpikir, punya anak sedikit itu bisa bantu mengurangi jejak karbon dan bantu jaga planet kita.

Nah, dengan semua perubahan ini, konsep “banyak anak banyak rezeki” itu jadi seperti sudah tidak relevan lagi. Orang jadi lebih pilih untuk punya anak yang bisa mereka urus dengan baik, daripada punya banyak tapi kualitas hidupnya kurang oke.

Bagaimana pandangan agama tertentu tentang konsep ini? 

Banyak agama di dunia ini yang menganggap anak itu sebagai berkah, dan punya banyak anak itu dianggap sebagai tanda keberkahan yang melimpah. Karena penulis ini seorang muslim maka akan penulis paparkan sedikit pandangan dari agama islam. 

Di Islam, anak-anak itu dianggap sebagai berkah besar dari Allah. Ada hadits yang mengatakan, 

“Nikahilah wanita yang penyayang dan yang subur (banyak anak), karena aku akan membanggakan jumlah kalian di hadapan umat lain pada hari kiamat” (HR. Ahmad).

Dari hadits di atas kita sudah bisa melihat bahwa punya anak itu dianggap positif dan dianjurkan dalam Islam.

Tapi, Islam juga mengajarkan kita untuk bertanggung jawab. Jadi, tidak hanya soal punya anak sebanyak-banyaknya, tapi juga soal bagaimana kita bisa memberikan hak-hak mereka, seperti pendidikan yang baik, kasih sayang, dan asuhan yang benar. Islam itu mengajarkan kita untuk memikirkan masa depan anak-anak kita, bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.

Dan ada juga ayat di Al-Qur’an yang mengingatkan kita, 

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan kepada kamu” (QS. Al-Isra: 31).

Ini menunjukkan bahwa Allah itu Maha Pemberi Rezeki, dan kita tidak perlu takut tidak bisa memberi nafkah kepada anak-anak kita.

Jadi, intinya, Islam mengajarkan kita untuk punya anak yang bisa kita asuh dengan baik, yang bisa kita didik jadi generasi yang soleh dan solehah. Punya anak banyak itu sah-sah saja, asal kita bisa jamin mereka semua mendapatkan hak-hak mereka dan bisa jadi orang yang berguna bagi agama dan masyarakat.

Pentingnya pendidikan, kesehatan, dan sumber daya dalam menentukan kesejahteraan keluarga.

Kesejahteraan keluarga itu tidak hanya soal punya atap di atas kepala dan makanan di meja makan, tapi juga soal Bagaimana kita bisa kasih yang terbaik untuk anak-anak kita. Nah, ada tiga hal penting nih yang menjadi kunci: pendidikan, kesehatan, dan sumber daya.

Pendidikan: Ini seperti tiket emas untuk masa depan anak-anak kita. Dengan pendidikan yang cukup, mereka bisa mendapat ilmu yang akan membantu mereka mengahadapi dunia yang semakin kompetitif. Plus, sekolah itu juga tempat mereka belajar tentang kehidupan sosial, berteman, dan mengembangkan diri. Jadi, investasi di pendidikan itu sangat penting.

Kesehatan: Sehat itu mahal harganya. Kalau anak-anak kita sehat, mereka bisa lebih aktif belajar dan bermain. Kita juga harus perhatikan nutrisi mereka, olahraga, dan jangan lupa cek kesehatan rutin. Kesehatan yang baik itu dasar dari segala kesejahteraan.

Sumber Daya: Ini bukan hanya soal finansial, tapi juga soal waktu, perhatian, dan kasih sayang yang kita kasih ke anak-anak. Mereka butuh dukungan kita untuk tumbuh jadi orang yang percaya diri dan mandiri. Jadi, kita harus bijak mengatur sumber daya yang kita punya untuk kasih yang terbaik buat mereka.

Intinya, kesejahteraan keluarga itu tergantung bagaimana kita bisa kasih pendidikan, kesehatan, dan sumber daya yang cukup untuk anak-anak kita. Jadi, meskipun punya banyak anak itu bisa jadi berkah, kita juga harus memikirkan apakah kita bisa kasih mereka semua yang mereka butuhkan untuk hidup yang berkualitas.

Setelah kita mengulik dari berbagai sisi, ada empat pertanyaan yang mungkin bisa kita renungkan bersama:

Di zaman yang serba cepat dan penuh tantangan ini, apa iya punya anak banyak masih jadi jaminan rezeki yang melimpah?

Bisa nggak sih kita kasih yang terbaik buat setiap anak kalau jumlahnya banyak? Atau malah makin banyak anak, makin terbagi-bagi perhatian dan sumber daya kita?

Bagaimana caranya kita bisa menyeimbangkan antara keinginan punya anak banyak dengan tanggung jawab kita sebagai orang tua di era modern ini?

Apakah konsep “banyak anak banyak rezeki” itu hanya soal materi, atau ada makna yang lebih dalam lagi yang bisa kita gali?

Yuk, mari sama-sama kita pikirkan jawabannya. Mungkin tidak ada jawaban yang pasti, tapi yang jelas, setiap keluarga punya cerita dan keputusan mereka sendiri. Yang penting, kita semua berusaha untuk menjadi orang tua yang bijak dan kasih yang terbaik untuk anak-anak kita.

Tidak ada yang salah dengan punya anak banyak atau sedikit, yang penting adalah cinta dan tanggung jawab kita sebagai orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun