Pada hari Senin, 6 Mei 2024, saya bersama rekan-rekan guru dan anak-anak beristirahat di masjid yang terletak di desa pesantren Banjarnegara setelah menikmati sunrise di Dieng, Wonosobo. Perjalanan kami ke Dieng adalah untuk acara perpisahan kelas 9, saya menyebutnya refreshing, hehe
Kami menunggu waktu salat zuhur berjamaah di masjid tersebut dengan niat awal untuk menuju ke pemandian air panas, namun keterbatasan energi membuat kami memilih untuk beristirahat karena kelelahan yang dirasakan.
Kepala sekolah berkata, "Pak supir, jika ada masjid terdekat dari sini, tolong berhenti sejenak ya. Sepertinya anak-anak dan guru-guru butuh istirahat." Pak Supir menjawab, "Oh, baik Bu, siap."
Bus pun berhenti dan kami semua turun, lalu bergegas menuju masjid tersebut.
Setibanya di teras masjid, kami duduk dan meregangkan kaki sejenak. Setelah itu, saya pergi ke toilet untuk membersihkan diri.
Ketika saya di sana, saya melihat satu toples kopi bubuk hitam, satu toples gula pasir, satu kotak teh lengkap dengan gelasnya, dan dispenser air galon yang dilengkapi dengan air dingin dan air panas.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung menyeduh kopi karena mata masih terasa mengantuk, dan kopi bisa menyegarkan mata sekaligus.
Di samping itu, saya kagum karena di sana disediakan juga tempat untuk mengecas handphone. Menurut saya, itu sangat keren. Melihat baterai handphone yang kurang dari 30%, saya langsung mengecasnya.
Tiba di masjid tersebut, saya teringat akan Masjid Jogokariyan yang viral. Meskipun saya belum pernah ke sana tapi masjid itu terkenal dengan program saldo 0 Rupiah, di mana semua kas masjid digunakan sepenuhnya untuk kepentingan umat, seperti penginapan yang nyaman bagi musafir, takjil gratis selama Bulan Ramadan, dan fasilitas lainnya.
Saya yakin masih banyak masjid lain yang memiliki prinsip yang sama namun belum terekspos seperti Masjid Jogokariyan.
Meskipun masjid yang saya kunjungi tidak semirip Masjid Jogokariyan, namun saya salut dengan Masjid Al-Ikhlas Pesantren Banjarnegara. Fasilitas yang disediakan seperti air minum, kopi, teh, dan pengisian handphone gratis, meski sederhana, sangat membantu umat terutama para musafir.
Atau mungkin saya salah, mungkin saja masjid yang saya singgahi memiliki program yang serupa dengan Masjid Jogokariyan. Saya mohon teman-teman Kompasianer untuk memberikan koreksi di kolom komentar jika ada kesalahan yang perlu diperbaiki. Karena pada saat itu, saya dan rombongan tidak tinggal lama di masjid tersebut, kami harus segera melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya. Karena waktu yang terbatas, saya tidak sempat berbicara atau berinteraksi dengan pengurus masjid.
Tapi yang pasti menurut saya masjid seperti itu sangat dibutuhkan bagi umat saat ini. Saya sepakat dengan pernyatanya Takmir Masjid Jogokariyan. Dia mengatakan:Â
"Pokoknya akhir bulan ada sisa uang masjid segera dihabiskan untuk kebaikan apa yang ada, nggak usah masjid itu mikir minta diberi, masjid itu harus menghidupi, masjid jangan menjadi beban." (Sumber:Â tiktok.com/@masjidbaitulsalam.btr)
Semoga ke depannya semakin banyak masjid yang serupa dengan masjid di atas.