Nah, ini bisa berpengaruh ke harga diri kita. Kita bisa jadi merasa dihargai dan diakui kalau orang lain melihat kerjaan kita itu keren. Tapi di sisi lain, kalau reaksi mereka kurang antusias, kita bisa jadi merasa kurang dihargai atau bahkan di-judge.
Supaya lebih real, yuk kita akan cerita dari si Rian. Rian ini kerja di startup kecil yang tidak terlalu dikenal. Ketika ia bertemu teman-temannya yang kerja di perusahaan besar, mereka sering bertanya, “Kerja di mana?” Begitu Rian menjawab, reaksinya biasa saja, berbeda ketika temannya yang kerja di perusahaan terkenal jawab. Rian jadi merasa seperti ada yang kurang dari dirinya.
Tapi, suatu hari, Rian sadar kalo dia punya passion bisa bantu orang lewat pekerjaannya, dan dia mulai cerita tentang proyek-proyek yang dia kerjakan dengan semangat. Teman-temannya yang tadinya cuek, jadi tertarik dan salut dengan dedikasi Rian. Dari situ, Rian belajar kalau yang penting itu bukan label perusahaan tempat kita kerja, tapi apa yang kita lakukan dan dampaknya ke orang lain.
Jadi, cerita Rian ini bisa jadi pengingat buat kita semua kalau setiap kerjaan itu berharga dan punya impact yang bisa kita banggakan. Kita tidak perlu minder atau merasa kurang hanya karena kerjaan kita berbeda. Yang penting, kita kerja dengan hati dan yakin dengan jalan yang kita pilih.
Bagaimana pertanyaan ini digunakan untuk mengukur kesuksesan?
Pertanyaan “Kerja di mana?” ini bisa jadi alat ukur kesuksesan. Jadi, di banyak kasus, pertanyaan ini sering dipakai untuk ‘mengukur’ seberapa jauh seseorang itu dianggap sukses. Kalo jawabannya keren, seperti kerja di perusahaan top atau posisi tinggi, orang-orang langsung berpikir, “Wah, ini nih yang namanya sukses!”
Tapi, kalau jawabannya tidak seperti itu ‘wah’, bisa jadi orang yang bertanya atau yang mendengarkan langsung mempunyai asumsi, “Hmm, mungkin dia belum sukses-suskes amat.” Padahal, sukses itu tidak hanya soal di mana kita kerja atau jabatan apa yang kita pegang. Sukses itu bisa tentang banyak hal, seperti kebahagiaan, kepuasan kerja, atau dampak positif yang kita kasih ke orang lain.
Nah, masalahnya, pertanyaan “Kerja di mana?” ini terkadang membuat orang merasa harus menunjukkan kalau mereka sukses menurut standar umum, padahal masing-masing orang punya definisi sukses yang beda-beda. Jadi, sebenarnya, pertanyaan ini bisa jadi tidak adil dan tidak akurat untuk mengukur kesuksesan seseorang.
Maka dari itu, lebih baik kita tidak terlalu fokus dengan pertanyaan ini sebagai alat ukur kesuksesan. Lebih baik kita tanya tentang apa yang mereka nikmati dari kerjaannya, apa tantangan yang mereka hadapi, atau apa impian mereka ke depan. Dengan begitu, kita bisa dapat gambaran yang lebih lengkap dan mendalam tentang apa arti sukses buat mereka, dan kita juga bisa lebih menghargai perjalanan hidup setiap orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H