Pertama, Pola Asuh. Cara orang tua merespons sakit pada masa kecil dapat membentuk bagaimana anak-anak, terutama laki-laki, mengekspresikan rasa sakit di kemudian hari. Jika orang tua cenderung memberikan perhatian lebih ketika anak sakit, anak tersebut mungkin belajar bahwa menunjukkan rasa sakit adalah cara untuk mendapatkan dukungan dan perhatian.
Kedua, Contoh dari Orang Tua. Anak-anak sering meniru perilaku orang tua mereka. Jika ayah atau figur laki-laki lain dalam keluarga menunjukkan perilaku ‘lebay’ saat sakit, anak laki-laki mungkin mengadopsi perilaku serupa sebagai cara normal untuk bereaksi terhadap rasa sakit.
Ketiga, Dukungan Emosional. Lingkungan keluarga yang memberikan dukungan emosional yang kuat dapat memungkinkan anak laki-laki untuk merasa nyaman mengekspresikan rasa sakit dan kelemahan tanpa takut dihakimi.
Pengalaman positif di masa kecil, bahkan di tengah kesulitan, dapat memberikan dasar untuk kesehatan keluarga yang lebih baik di masa dewasa. Maka dari itu, memahami pengaruh pengalaman keluarga dapat membantu kita lebih memahami dan mendukung laki-laki saat mereka sakit.
Dukungan Emosional dan Ekspresi Perasaan
Ketika laki-laki mengungkapkan permintaan maaf saat sakit, ini bisa jadi merupakan ekspresi dari tiga faktor psikologis dan sosial yang mendalam:
Pertama, Pengakuan Kerentanan. Sakit dapat membuat seseorang merasa rentan dan tidak berdaya. Dalam keadaan seperti ini, permintaan maaf mungkin adalah cara untuk mengakui kerentanan tersebut dan mencari dukungan emosional dari orang-orang terdekat.
Kedua, Refleksi Diri. Sakit sering kali memaksa seseorang untuk beristirahat dan merenung. Ini bisa menjadi waktu untuk refleksi diri, di mana laki-laki mungkin mempertimbangkan tindakan masa lalu dan mengungkapkan penyesalan atau permintaan maaf atas kesalahan yang mereka rasa telah dilakukan.
Ketiga, Kebutuhan Afirmasi. Permintaan maaf juga bisa menjadi cara untuk mencari afirmasi atau validasi dari orang lain bahwa mereka masih dicintai dan dihargai, terlepas dari kesalahan atau kekurangan yang mungkin mereka miliki.
Bagaimana perilaku ini memengaruhi lingkungan sekitar?Â
Perilaku yang terkesan lebay saat sakit dapat memiliki lima dampak pada lingkungan sekitar, termasuk:
Pertama Dinamika Keluarga. Ketika seseorang, khususnya laki-laki, menunjukkan perilaku berlebihan saat sakit, ini dapat mempengaruhi dinamika keluarga. Anggota keluarga mungkin merasa perlu memberikan perhatian lebih, yang bisa mengubah rutinitas dan interaksi sehari-hari.