Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mental Health di Tempat Kerja: Realistis atau Egois?

1 Maret 2024   15:09 Diperbarui: 2 Maret 2024   16:57 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang sedang di tempat kerja. (Sumber Gambar: pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menurut sumber dari kompasiana.com/merzagamal, ada empat argumen yang mendukung bahwa memprioritaskan kesehatan mental di tempat kerja bisa dianggap egois:

Pertama, mengabaikan tujuan bisnis. Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa fokus pada kesehatan mental di tempat kerja bisa mengalihkan perhatian dari tujuan bisnis utama.

Misalnya, waktu dan sumber daya yang dihabiskan untuk program kesehatan mental bisa digunakan untuk inisiatif lain yang secara langsung berkontribusi pada hasil akhir.

Kedua, pemborosan sumber daya. Ada pandangan bahwa investasi dalam kesehatan mental karyawan bisa dianggap pemborosan sumber daya. Ini terutama berlaku dalam organisasi dengan sumber daya terbatas, di mana setiap investasi harus memberikan pengembalian yang jelas.

Ketiga, membuat karyawan lebih lemah. Ada argumen bahwa fokus pada kesehatan mental bisa membuat karyawan menjadi lebih lemah, dalam arti mereka menjadi terlalu bergantung pada dukungan kesehatan mental dan kurang mampu mengatasi stres dan tantangan secara mandiri.

Keempat, meningkatkan absensi. Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa memprioritaskan kesehatan mental bisa mendorong karyawan untuk mengambil cuti sakit lebih sering, yang pada akhirnya bisa berdampak negatif pada produktivitas.

Perlu digaris bawahi bahwa fokus pada kesehatan mental bukan berarti mengabaikan tanggung jawab dan pekerjaan. Justru dengan menjaga kesehatan mental, karyawan dapat bekerja lebih optimal dan mencapai hasil yang lebih baik.

Satu contoh studi kasus yang relevan tentang argumen bahwa memprioritaskan kesehatan mental di tempat kerja bisa dianggap egois yang bersumber dari medix-global.com, tentang Kasus di Industri Manufaktur. Di sebuah pabrik manufaktur di Jerman, manajemen memutuskan untuk memprioritaskan kesehatan mental karyawan dengan memberikan akses ke terapi dan konseling. 

Namun, beberapa karyawan merasa bahwa inisiatif tersebut hanya membebani mereka dengan harapan dan tekanan tambahan untuk selalu bahagia dan produktif. 

Dari studi kasus di atas, kita dapat melihat bahwa meskipun ada niat baik untuk memprioritaskan kesehatan mental di tempat kerja, namun implementasinya bisa saja menimbulkan tantangan dan masalah baru.

Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk memahami kebutuhan dan kondisi karyawan secara mendalam sebelum meluncurkan program kesehatan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun